Banyuwangi (Antara Jatim) - Sebanyak 2.604 warga Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mengikuti uji kompetensi bahasa asing secara gratis di GOR Tawang Alun, Senin.
Para peserta ujian tersebut adalah mereka yang telah mengikuti kursus bahasa asing berbasis desa/kelurahan selama 210 jam pembelajaran selama sekitar tiga bulan. Mereka berasal dari 217 desa/kelurahan se-Banyuwangi.
Warga antusias mengikuti program ini. Mulai dari pemuda, ibu rumah tangga, guru-guru PAUD, hingga pelajar sekolah sekolah dasar pun tertarik mengikutinya. Mereka aktif mengikuti kursus yang dilaksanakan selama enam bulan lalu.
"Lumayan sulit juga ini tes Mandarinnya.Tapi lumayan, saya yakin lulus karena hampir semua soal bisa saya kerjakan," kata Lina Ayu, pelajar dari Kelurahan Giri.
Lina mengaku mengikuti kursus ini lantaran bahasa Mandarin penting sebagai bekal mencari pekerjaan.
"Kalau Inggris kan sudah dapat di sekolah, makanya saya mencari yang Mandarin, biar setidaknya saya bisa dua bahasa asing meski tidak expert," katanya.
Selama kursus Lina mendapatkan materi dasar bahasa Mandarin, mulai dari pengenalan panca indera, warna, hingga percakapan sehari-hari.
Begitu juga dengan Ida Sri Fatmala. Ibu rumah tangga ini mengaku agak deg-degan saat mengikuti ujian ini. "Awalnya grogi, tapi setelah lihat soalnya, ternyata saya banyak yang bisa," kata Ida yang saat itu mengerjakan soal sambil mengasuh anaknya.
Dia mengikuti program kursus karena ingin melek bahasa sehingga bisa ikut mendidik sang anak agar mahir berbahasa Inggris.
Sejak Mei 2015, Pemkab Banyuwangi menyelenggarakan kursus bahasa asing bagi masyarakat secara gratis. Ada tiga pilihan bahasa yang bisa diikuti, yaitu Bahasa Inggris, Mandarin, dan Arab.
Lokasi kursus pun dilaksanakan sesuai kesepakatan warga. Ada yang di balai desa, musala, ruang kelas, hingga di tempat wisata. Masing-masing bahasa/desa diberi instruktur satu orang dan waktu kursus diatur sebanyak tiga kali dalam sepekan.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, kursus ini digelar sebagai upaya menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang sudah di depan mata. Karena itu, kursus bahasa ini digelar di tingkat desa sebagai upaya untuk memfasilitasi warga desa bisa berkomunikasi bahasa internasional.
"Selama ini kesannya kursus hanya bisa dijangkau warga kota dan biayanya mahal. Karena itu, kami sengaja membuat kursus gratis berbasis desa, yang lokasinya dekat dengan tempat tinggalnya. Bekal bahasa ini juga untuk mengimbangi sektor pariwisata yang terus bergeliat di Banyuwangi. Minimal warga bisa memanfaatkan kemampuan bahasanya untuk bisnis jasa pemandu wisatawan mancanegara," kata Bupati Anas.
Anas menambahkan, MEA adalah pintu bagi semua peluang, sehingga harus dimanfaatkan, bukan ditakuti. Oleh karena itu, Pemkab Banyuwangi menyiapkan sumber daya manusia dan hal penunjang lain agar bisa bersaing di kancah regional.
"Selain kursus bahasa asing, produk-produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga kami fasilitasi agar semakin berkualitas," ujar Anas.
Kepala Dinas Pendidikan Sulihtiono mengatakan, para peserta ujian akan mendapatkan sertifikat bahasa yang sesuai standard dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Sertifikat yang didapatkan mulai dari elementary I maupun II menyesuaikan dengan kemampuan mereka.
"Sertifikat sebagai bukti legal kelulusan mereka setelah menempuh kursus bahasa," katanya.
Selain ujian kursus bahasa asing yang diikuti warga, Pemkab Banyuwangi juga memfasilitasi ujian TOEFL secara gratis untuk 500 siswa SMA.
"Ujian TOEFL bagi siswa SMA ini juga sebagai sarana pembanding antara siswa sekolah dan peserta kursus di desa-desa. Ini sebagai bahan evaluasi kami," ujar dia.
Sulihtiono mengatakan, kursus ini akan terus berlanjut hingga tahun mendatang. "Memberi kesempatan bagi yang ingin belajar sampai tingkat advance, selain tentunya membuka kesempatan lagi bagi warga yang ingin belajar bahasa asing," kata Sulihtiono. (*)