Surabaya (Antara Jatim) - Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Surabaya, Ikhsan, mengatakan lulusan sekolah kejuruan atau SMK akan menerima sertifikasi kelayakan untuk menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
"Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, tentu diperlukan peningkatan kualitas pendidikan, salah satunya dengan lulusan yang memenuhi persyaratan, mulai pembelajaran yang benar, alat uji sesuai standar kompetensi, dan lainnya," katanya di Surabaya, Jumat.
Dalam seminar bertopik "Peran Sekolah (SMA/SMK) dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015" yang diadakan Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya) itu, ia menambahkan Disdik Surabaya tak hanya menyiapkan siswa SMK untuk ikut sertifikasi kompetensi, melainkan juga satuan pendidikan.
Beberapa SMK di Surabaya diupayakan menjadi lembaga sertifikasi profesi (LSP) berlisensi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
"Terkait MEA, saya akan mengulas tentang sistem pendidikan yang ada di Surabaya dengan melakukan berbagai program untuk kemajuan pendidikan di Surabaya, mulai dari keliterasian, budaya mutu, sampai Pemetaan dan Penguatan Kompetensi Guru Surabaya (P2KGS)," tuturnya.
Program unggulan Disdik Surabaya, lanjutnya, adalah penguatan kompetensi guru untuk para guru yang kurang memahami materi pembelajaran, sehingga bisa memperbaiki dan efeknya juga positif kepada murid yang diberi materi, karena pelatihan untuk para guru masih bersifat umum, seperti mengubah pola pikir guru, mengembangkan potensi anak dan juga strategi mengajar yang disesuaikan siswa.
Menurut dia, para siswa apabila diajari oleh guru yang menguasai materi, tentu hasilnya akan lebih baik, sedangkan bagi guru, dengan mengikuti penguatan kompetensi, diharapkan ketika mengikuti Ujian Kompetensi Guru (UKG) akan lebih baik hasilnya, karena sudah menguasai materinya.
"Saat ini, kami dari Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan banyak program untuk kemajuan pendidikan di Surabaya. Program-program ini juga melibatkan siswa, salah satunya adalah program konselor Sebaya yang bertujuan untuk memudahkan para siswa yang memiliki permasalahan untuk mencurahkan isi hatinya," ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, ada pula program P2KGS (Pemetaan dan Penguatan Kompetensi Guru Surabaya) yang akan memberikan setiap guru yang mengikuti program seminar, kemudian membuat tulisan atau karya ilmiah poin insentif yang berguna untuk pengurusan kenaikan status dan jabatan.
Sementara itu, Dosen Fakultas Psikologi Ubaya, Dr. Frikson, mengatakan peran guru masih belum optimal sebagai fasilitator pembelajaran, sehingga perlu adanya materi mengenai pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menyenangkan.
"Sejatinya dalam mendidik harus sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, tidak hanya Tut Wuri Handayani yang selama ini menjadi slogan Dinas Pendidikan, namun guru juga harus mampu menjadi teladan bagi muridnya (ing ngarso sung tulodo) dengan memberikan contoh yang baik, dan menjadi kolega yang setara yang mampu membuat siswa merasa nyaman ketika berinteraksi dengan guru (ing madyo mangun karso)," ujarnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, solusi dalam permasalahan bagaimana menjadi guru yang baik serta memberikan strategi dalam pembelajaran yang menyenangkan adalah dengan pembelajaran yang dapat memotivasi para siswa untuk berlajar memanfaatkan potensi diri.
"Pembelajaran yang menyenangkan merupakan pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik untuk belajar dengan memanfaat potensi diri secara optimal, hal ini tentu memerlukan peran guru, peserta didik, dan dukungan suasana pembelajaran yang efektif," tandasnya. (*)