Pamekasan (Antara Jatim) - Enam orang warga asal Pamekasan, Jawa Timur, menjadi korban kapal tenggelam di perairan Sabak Berenam, Selangor, Malaysia yang terjadi Kamis (3/9) sekitar pukul 10.30 waktu setempat.
Keenam warga Pamekasan itu masing-masing bernama Punadi (35), Imam (34), Abd. Hamid (55), Suna (50), Hosniyah (27) dan Hotimah (25). Semuanya merupakan warga Dusun Seccang, Desa Plakpak, Kecamatan Pegantenan.
"Dari enam orang ini, dua di antaranya dikabarkan selamat, yakni Punadi dan Imam," kata keluarga Punadi di Dusun Seccang, Desa Plakpak, Kecamatan Pegantenan, Pamekasan, Madura, Abd Aziz dalam keterangan persnya kepada wartawan, Sabtu siang.
Para korban itu rencananya akan pulang ke Indonesia melewati jalur laut. Namun, kapal yang ditumpangi akhirnya tenggelam.
Wartawan Antara di Pamekasan melaporkan, saat ini para kerabat korban yang masih satu keluarga ini berkumpul di rumah duka, menunggu kabar lebih lanjut dari Malaysia.
Para korban kapal tenggelam itu, semuanya merupakan pasangan suami istri, yakni korban beranama Abd Hamid dan Suna, serta korban bernama Punadi dan Hosniyah, dan demikian juga Imam dan Hotimah.
Duta Besar RI untuk Malaysia Herman Prayitno menyampaikan sebanyak 14 warga negara Indonesia tewas dalam peristiwa kapal tenggelam di perairan Sabak Berenam, Selangor, Malaysia.
"Informasi dari tim SAR yang dikerahkan ke lokasi, korban selamat 20 orang dan yang tewas 14 orang terdiri dari 13 perempuan dan satu laki-laki. Korban selamat dibawa ke kantor polisi hutan melintang, sementara korban tewas disemayankan di RS Teluk Intan," ujar Dubes Herman Prayitno, seperti dilansir Antara, Kamis (3/9).
Herman menyebutkan bahwa kapal tersebut tenggelam di daerah Sabak Berenam, negara bagian Selangor, yaitu 10 mil dari pantai Malaysia. Kapal yang tenggelam itu adalah jenis kapal kayu dengan ukuran panjang sekitar 15 meter dengan lebar tiga meter.
Kecelakaan kapal tersebut dilaporkan oleh nelayan Malaysia pada pagi hari pukul 10.30 waktu setempat.
Berdasarkan laporan yang diterima, kata Dubes Herman, kapal itu diduga tenggelam akibat jumlah penumpang yang melebihi kapasitas kapal.
"Jumlah penumpang yang melebihi kapasitas inilah yang dipercaya menjadi penyebab tenggelamnya kapal karena cuaca relatif cerah. Dipercaya kapal tenggelam pada pukul 03.00 pagi dalam perjalanan menuju Tanjung Balai Asahan," ungkap dia.
"Menurut nelayan yang melaporkan jumlah penumpang kapal berjumlah 100 orang, tetapi menurut laksamana kapal itu maksimal 70 orang berdasarkan ukuran kapal," lanjut Herman.
Dia juga mengatakan bahwa sampai saat ini operasi pencarian dan evakuasi masih berlangsung, dan akan dilakukan selama tujuh hari dengan mengerahkan tujuh kapal laut dan satu helikopter.
"Satgas KBRI terus melakukan koordinasi. Saat ini satgas juga sudah mengirim tim menuju kantor polisi hutan melintang untuk bertemu dengan korban yang selamat sekaligus memperoleh keterangan langsung," ujar Dubes Herman.
Laporan awal menyebutkan, ada 13 orang ditemukan tewas dan 13 orang lainnya selamat dalam peristiwa kapal tenggelam itu.
Kapal tersebut tenggelam di lepas pantai barat Malaysia dekat Selat Malaka. Kapal tersebut dilaporkan mengangkut para imigran gelap asal Indonesia.
Juru bicara Badan Penegakan Maritim Malaysia (MMEA), seperti dilansir kantor berita Reuters, mengatakan bahwa insiden itu terjadi di perairan distrik Sabak Bernam, negeri bagian Selangor pada Kamis (3/9) sekitar pukul 10.30 waktu setempat.
Sumber dari MMEA mengatakan, para petugas penyelamat dari distrik maritim Klang telah dikerahkan ke lokasi untuk melakukan misi pencarian dan penyelamatan. (*)