Surabaya (Antara Jatim) - Bulan Suci Ramadhan tinggal menghitung hari karena hanya belasan hari mendatang maka masyarakat muslim dia seluruh dunia akan merayakan Idul Fitri 1436 Hijriah.
Meski demikian, pada Ramadhan 2015 tidak ada salahnya menyempatkan diri mampir di Jalan Polisi Istimewa Surabaya. Di salah satu gerai roti Holland di jalan tersebut terdapat kafe Brother Union Seteru yang menyajikan berbagai menu Nusantara seperti Nasi Buntut Bakar Lombok "Idjoe".
"Walau kami tidak berada di Padang, Sumatera Barat rasa menu makanan Iga Sambal Idjoe 'top markotop' dagingnya empuk dan dan sambalnya tidak terlalu pedas. Tak kalah dengan sambal ijo khas Padang dan mantap dinikmati saat Bulan Ramadhan seperti sekarang," kata salah satu konsumen Nasi Buntut Bakar Lombok "Idjoe", Rudi Raharjo, di Surabaya, Jumat.
Meski disajikan di kafe, yakin dia, justru harga jualnya tetap terjangkau masyarakat Kota Pahlawan. Khususnya kalangan mahasiswa dan anak sekolah yang kerap datang ke tempat usaha yang didirikan tiga bersaudara kandung tersebut.
"Cukup dengan Rp50.000, kami sudah dapat seporsi makanan dan segelas minuman segar. Dengan nominal itu juga sudah termasuk pajak PPn," ujarnya.
Sementara itu, Pemilik Brother Union Eatery, Aditya Kristianto, menyatakan, di gerai itu juga tersedia menu khas Padang lainnya. Contoh Lidah Buntut Panggang Sambal Hijau.
"Ada puluhan menu makanan dan minuman yang siap dinikmati konsumen. Semua kuliner dengan harga Rp30.000 hingga Rp50.000 per porsi sudah dijamin kehalalannya," katanya.
Untuk minuman, tambah dia, pihaknya bekerja sama dengan Goldcaff yakni perusahaan kopi lokal asal Surabaya. Perusahaan itu memasok komoditas mereka ke berbagai kafe di Indonesia dan mengirim ke berbagai negara.
"Kalau harga minuman di sini juga tak kalah terjangkau atau Rp10.000 hingga Rp30.000 per gelas," katanya.
Di sisi lain, sebut dia, perbedaan kafe tersebut dengan lainnnya adalah pemilik usaha itu adalah tiga pria yang bersaudara kandung. Padahal, biasanya bisnis makanan-minuman identik dijalankan oleh kaum hawa. Namun, melalui Brother Union Eatery itu ketiganya yang sama-sama memiliki latar belakang kuliah di luar negeri membawa keahliannya untuk membangun usaha di dalam negeri.
"Selama kuliah di luar negeri, masing-masing mengambil jurusan berbeda tetapi tak satupun dari kami mengemban ilmu di bidang makanan-minuman. Meski demikian, bagi kami bisnis kuliner selalu mempunyai daya tarik besar," katanya.
Selain itu, kata dia, makan dan minum adalah kebutuhan utama manusia sehingga menggeluti bisnis tersebut sangat tepat. Apalagi di Surabaya di mana mayoritas masyarakat di Kota Pahlawan punya budaya konsumtif tinggi dan suka makan di luar rumah.
"Untuk investasi, kafe dengan kandungan lokal 100 persen ini kami dirikan bermodalkan antara Rp600 juta hingga Rp800 juta. Ya, masing-masing 'urunan'," katanya.
Untuk mengembangkan bisnis, lanjut dia, dengan kian pesatnya perkembangan media sosial, online, dan adanya komunitas blogger kuliner diharapkan memberikan dampak positif bagi usahanya. Hal itu ditunjang makin banyak pengguna Instagram, Path, dan Facebook yang aktif mendokumentasikan makanan dan minuman yang diminati.
"Apalagi, saat Ramadhan tak sedikit konsumen yang berpuasa, menyempatkan diri memotret menu buka puasanya dan dijadikan foto profil di media sosial. Oleh sebab itu, dengan bisnis ini kami tidak hanya menjual masakan dengan menu Western tapi ada pula Asia Food, Italian Food, dan Eastern Food, misalnya Beef Brother Steak with Raisin Sauce," katanya.(*)