Tulungagung (Antara Jatim) - Sejumlah sopir MPU sekolah di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengeluhkan minimnya dana kompensasi yang diberikan pemerintah daerah setempat, sebagai pengganti operasional angkutan gratis bagi pelajar SMP/SMA setempat. \"Kompensasi biaya yang kami terima tidak \'nyucuk\' (sepadan) dengan operasional yang kami keluarkan,\" kata salah seorang sopir MPU sekolah di Tulungagung, Darminto, Kamis. Setiap MPU sekolah yang ditunjuk dinas perhubungan komunikasi dan informatika setempat, ungkap Darminto, mendapat jatah kompensasi sebesar Rp90 ribu per hari. Namun besaran anggaran itu dikatakan Darminto, sudah habis untuk membeli solar dan membayar setoran ke majikan atau pemilik MPU. Totok, sopir MPU lain menjelaskan, setiap pulang-pergi MPU yang dioperasikannya membutuhkan BBM solar dengan biaya sekitar Rp35.000, sementara sisanya sebesar Rp50.000 wajib disetor kepada pemilik kendaraan, sebagai uang sewa mobil. Sementara untuk ongkos makan, lanjut Totok, dirinya dan sejumlah sopir MPU lain harus mencari sendiri dengan menambah frekuensi jasa angkutan di luar program angkutan gratis sekolah. \"Semua sopir MPU sekolah banyak yang buruh sopir saja, atau tidak ada yang memiliki kendaraan sendiri. Itu sebabnya kami tidak bisa mendapat insentif banyak dari program ini, bahkan seringkali rugi,\" keluhnya. Masalahnya lagi, lanjut Totok maupun Darminto, jumlah pengguna jasa angkutan gratis sekolah kini kian bertambah. Jika sebelumnya penumpang hanya sekitar 12 siswa/pelajar, kini bisa mencapai 27 siswa. Akibatnya, beban kerja MPU sekolah semakin berat, karena berimbas pada volume bahan bakar serta risiko kerusakan kendaraan. \"Kami sudah mencoba membicarakan dengan pihak Dishub, dan masih menunggu selama 6 bulan terlebih dahulu, serta usulan para sopir akan dibahas kembali,\" ujarnya. (*)
Sopir MPU Sekolah Tulungagung Keluhkan Minimnya Kompensasi
Kamis, 23 April 2015 22:00 WIB