Menikmati Kecantikan "Putri Nglirip" Tuban Gratis
Kamis, 2 April 2015 13:30 WIB
Tuban (Antara Jatim) - Air terjun Nglirip di Desa Singahan, Kecamatan Singahan, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, diyakini masyarakat ada penunggunya seorang putri cantik yang biasa disebut dengan panggilan "Putri Nglirip".
Kisah mistis "Putri Nglirip", yang berkembang itulah yang menambah daya tarik air terjun Nglirip, yang belum dikelola secara komersial, tetapi memiliki daya tarik kecantikan alamiah.
"Sejak dulu pengunjung air terjun Nglirip cukup banyak, tidak pernah dikenai karcis masuk," jelas seorang penjualan makanan Sumiyati (55), dalam perbincangan dengan Antarajatim, Minggu (29/3).
Ia mengaku lebih dari 20 tahun berjualan makanan dan minuman di dekat air terjun Nglirip, bahkan juga sering tidur di warung.
"Sejak saya pertama berjualan di sini pengunjungnya sudah banyak.Kalau sekarang penjual makanan dan makanan cukup banyak, termasuk yang di atas bukit itu juga penjual makanan dan minuman," jelas dia.
Menurut dia,pengunjung di air terjun Nglirip, selain ada yang datang langsung, juga ada dari peziarah makam K.H. Abdul Jabar, yang lokasinya berdekatan dengan air terjun Nglirip.
"Gus Dur dulu juga pernah ziarah ke Makam K.H. Abdul Jabar. Kebanyakan peziarah, juga
datang ke air terjun Nglirip, untuk beristirahat dan melihat air terjun," tutur Sumi.
Hanya saja, menurut Sumi, air terjun Nglirip, yang memiliki tinggi sekitar 100 meter tersebut, ketika kemarau bisa berhenti mengalir.
"Air terjun tidak mengalir ketika kemarau bisa berkisar 2-3 bulan. Tapi air di jaringan irigasi masih ada," ucap Sumi.
Ditanya soal penunggu "Putri Nglirip", Sumiyati mengaku pernah bertemu ketika sedang berada di belakang warung.
"Dia hanya menunggui saya bekerja mencuci piring. Orangnya cantik rambutnya dikepang dua," ungkapnya.
Terlepas dari mistis yang berkembang, keberadaan air terjun Nglirip, banyak didatangi pengunjung, terutama wisatawan domestik (wisdom) dari berbagai daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Apalagi, di musim hujan dengan debit air di sungai yang menjadi jalur air terjun maksimal, menjadikan pemandangan air terjung lebih "eksotik".
"Pengunjungnya pada hari libur bisa mencapai ratusan orang, terutama muda-mudi, tapi ada juga dari kalangan keluarga," jelas seorang warga setempat Andik Sunoko, yang sedang berada di lokasi air terjun.
Mencapai air terjun Nglirip, tidaklah sulit, karena dekat dengan jalan raya Singgahan ke arah Tuban. Lokasinya sekitar 35 kilometer dari Kota Tuban dan sekitar 30 kilometer dari Kota Bojonegoro.
Di lokasi setempat tidak ada lokasi parkir kendaraan bermotor roda empat yang memadai, tapi kendaraan bermotor roda dua bisa masuk ke lokasi, bahkan mendekat ke air terjun Nglirip.
Di jalanan masuk ke lokasi, sejumlah pemuda desa mencegat pengunjung yang berkendaraan sepeda motor dengan menarik karcis Rp3.000/sepeda motor.
"Kalau sepeda motornya dibawa sendiri ke bawah kalau hilang kami tidak bertanggung jawab. Tapi kalau diparkir di sini menjadi tanggung jawab kami," ucap seorang pemuda dari Karang Taruna Desa Singahan, di lokasi parkir sepeda motor.
Menikmati kecantikan air terjun Nglirip, memang harus turun melalui jalan setapak, yang hanya berjarak sekitar 300 meter dari tepi jalan raya. Meski dari lereng kecantikan air terjun Nglirip bisa dilihat, tapi sebagian pengunjung terutama anak muda banyak yang mendekat.
Berenang
Bahkan, pengunjung terutama anak muda ada yang nekad berenang di kolam di bawah air terjun.
"Sebenarnya mandi di kolam di larang, tapi anak-anak muda banyak yang mandi dan berenang. Ya sering terjadi ada anak tenggelam, karena lokasi kolam itu cukup dalam," jelas Sumi.
Di lokasi air terjun, lanjut dia, pernah ada tulisan larangan mandi di kolam air terjun, tapi larangan itu hilang dibuang pengunjung.
"Karena tidak ada pengelolanya ketika ada anak tenggelam menjadi tanggung jawab masing-masing," jelas dia.
Kasi Operasi UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom, menjelaskan fungsi air terjun Nglirip selama ini sebagai jaringan irigasi areal pertanian.
"Air terjun Nglirip, mampu mengairi areal pertanian di bawahnya sekitar 2.000 hektare di sejumlah desa di Kecamatan Singahan," tuturnya.
Ditanya kemungkinan air terjun Nglirip yang memiliki luas kawasan 1.292 hektare dikembangkan menjadi obyek wisata komersial, menurut dia, bisa saja.
"Tapi bukan kami yang mengembangkan, sebab kewenangan kami hanya mengelola sebagai jaringan irigasi," ujarnya.
Menurut dia, kalau ada pihak luar, yang tertarik mengembangkan sebagai obyek wisata bisa saja, dengan sistem bagi hasil.
"Kami juga sepakat kalau air terjun Nglirip dikembangkan sebagai obyek wisata, sebab lokasinya cukup indah," tandasnya. (*)