Tulungagung (Antara Jatim) - Orang tua bayi kembar tiga asal Desa Serut, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur terpaksa mengurus persyaratan BPJS untuk keluarga miskin, karena nama mereka belum terdaftar dalam program asuransi kesehatan sosial yang disubsidi negara tersebut. "Dulu saya pernah terdaftar dalam program jamkesmas, namun masih menggunakan KK (kartu keluarga) orang tua saat masih hidup. Kini setelah mereka tiada dan saya menikah, keluarga baru saya belum terdaftar lagi dalam program BPJS untuk keluarga miskin," kata Hermawan Risdianto, ayah bayi kembar tiga saat ditemui Antara di rumahnya di Dusun Kates, Desa Serut, Kecamatan Boyolangu, Selasa. Namun upayanya mendapat BPJS untuk warga miskin yang dibiayai oleh negara (subsidi) tidaklah mudah. Pasalnya, kata Hermawan atau Wawan, nama mereka belum tercakup dalam pembaharuan database BPJS bersubsidi untuk warga miskin, sebagaimana program jamkesmas terdahulu. "Kami sudah koordinasi dengan perangkat desa, katanya akan diusulkan untuk pembaruan data BPJS," cetus Wawan. Sementara menunggu kepastian nasib kartu jaminan sosial bersubsidi tersebut, Wawan mengaku terpaksa mengurus BPJS jalur mandiri. Sesuai aturan yang berlaku di lembaga BPJS, Wawan mendaftarkan sekaligus satu keluarganya yang terdiri dari dia sendiri, istri, serta ketiga bayi kembarnya. Wawan yang hanya buruh serabutan ini mengaku tidak peduli meski setiap bulannya dia harus membayar iuran wajib BPJS sebesar Rp127 ribu (Rp25.500 x 5 orang). Sebagai keluarga miskin yang bahkan kini tak memiliki penghasilan sama sekali selama sebulan terakhir karena tak bekerja, beban biaya itu dirasakannya terlalu berat. Apalagi ia harus mencarikan dana untuk membeli susu bayi yang harganya mencapai Rp75 ribu per-kilogram untuk kebutuhan maksimal empat hari. "Tidak ada jalan lain, karena hanya dengan ini bayi-bayi kami bisa mendapat jaminan perlindungan kesehatan. Kami ingin secepatnya FA Olivia dan kedua saudara kembarnya bisa kembali dirawat di rumah sakit tanpa harus bingung memikirkan biaya rumah sakit," ujarnya. Wawan dan istrinya, Yuni Yuanita, patut was-was atas kondisi ketiga anak kembar mereka. Sebab, sejak diminta "pulang paksa" oleh pihak rumah sakit karena dianggap telah mampu menerima asupan air secara langsung, sekitar akhir pekan lalu, kondisi FA Olivia bersaudara cenderung tidak stabil. Tercatat sudah tiga kali ketiga bayi kembar yang baru memiliki bobot sekitar 11-12 ons tersebut harus dilarikan ke rumah sakit karena suhu tubuh naik drastis. Dikonfirmasi terpisah, Humas RSUD dr Iskak, Mohammad Rifai melalui percakapan pesan pendek (sms) mengatakan, pemulangan bayi lebih awal dikarenakan ketiga bayi telah mampu menerima asupan minuman secara langsung, sehingga tidak harus dirawat di rumah sakit. "Ya, bayi sudah aktif minum banyak, sehingga bisa dirawat di rumah," jawab Rifai melalui pesan singkat (sms). Ia tidak menjawab pertanyaan lanjutan menyangkut fakta kondisi ketiga bayi kembar berjenis kelamin perempuan itu yang tidak stabil dan sering mengalami panas tinggi. Putri kembar yang lahir dari pasangan suami-istri miskin, Yuni Yuanita (34) dan Hermawan Risdianto (30) pada 20 Januari 2015 melalui sebuah operasi cecar di RSUD dr Iskak saat itu sebenarnya berjumlah lima orang, dan semuanya berjenis kelamin perempuan. Namun satu bayi lahir dalam kondisi sudah meninggal saat dikeluarkan dari rahim ibunya, sementara satu bayi lain yang sempat bertahan hidup dan diberi nama Ferdina Ferdilia, akhirnya meninggal sepekan setelah kelahirannya karena malfungsi organ tubuh yang tidak bisa bekerja sempurna. Saat lahir, bobot bayi kembar yang semuanya berjenis kelamin perempuan tersebut masing-masing hanya 750 gram, 800 gram dan dua lainnya sekitar 1.000 gram. Menurut dr Irfani Baihaqi, kelahiran bayi kembar lima tersebut sangat langka. Dalam dunia persalinan, terang dia, meninggalnya satu bayi kembar biasa disebut dengan istilah "twin to twin tranfusion", yakni suatu kondisi medis yang ditandai dengan distribusi yang tidak merata dari aliran darah di antara sepasang kembar monozigotik (identik) yang berbagi plasenta. Salah satu bayi menerima suplai darah yang lebih sedikit yang dikenal sebagai bayi donor sedangkan bayi kembar lainnya yang lebih banyak menerima suplai darah dikenal sebagai bayi resipien. "Jadi bayi (orok) yang satu mengrorbankan dirinya agar yang lain bisa tetap hidup," urainya. (*)
Berita Terkait
RSUD dr Soetomo Surabaya pisahkan bayi kembar siam asal Tulungagung
20 Agustus 2024 14:02
BPJS Kesehatan tanggung biaya operasi kembar siam di Tulungagung
25 April 2024 22:13
RSUD Tulungagung tangani bayi kembar siam dempet bokong
23 April 2024 19:05
Kelahiran Bayi Kembar Tiga
9 November 2018 14:05
Bayiku Malang, Bayiku Sayang Kembar Lima
27 Februari 2015 13:51
BPJS: Bayi Kembar belum Terkover Asuransi Bersubsidi
18 Februari 2015 18:07
RSUD Tulungagung Pulangkan Bayi Kembar Meski Sakit-sakitan
17 Februari 2015 18:00
