Inovasi Wisata "Lava Tour" Gunung Merapi
Minggu, 8 Februari 2015 20:11 WIB
Oleh Victorianus Sat Pranyoto
Sleman (Antara) - Warga kereng Gunung Merapi di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai melakukan sejumlah inovasi untuk menambah daya tarik objek wisata unggulan \"Lava Tour\" Merapi.
\"Salah satu inovasi yang sedang kami persiapkan adalah membuka beberapa jalur treking baru di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM),\" kata Koordinator Wisata \"Lava Tour\" Merapi Anto Kubis, Minggu.
Menurut dia, inovasi-inovasi alternatif wisata lereng Merapi ini sangat dibutuhkan, agar bisa lebih memikat pengunjung karena daya tarik utamanya, yaitu sisa-sisa erupsi Gunung Merapi perlahan sudah pulih dan banyak ditumbuhi pohon-pohon lagi.
\"Kami memang sudah memiliki rencana membuka jalur trekking yang baru. Saat ini masih belum secara resmi dibuka dan ditawarkan dalam paket wisata yang dapat dinikmati pengunjung. Sementara ini kami simpan dahulu, jika benar-benar sudah siap baru akan dimasukkan ke dalam layanan wisata kami,\" katanya.
Anto mengatakan, persiapan jalur trekking tersebut tidak hanya memastikan apakah jalur tersebut memang aman atau tidak untuk para wisatawan. Namun juga membutuhkan izin dari pengelola resmi hutan, yaitu TNGM.
\"Kami akan menggandeng dan meminta izin TNGM, hutan ini milik negara,\" katanya.
Ia mengatakan, jalur treking yang baru tersebut, tidak terlalu mengedepankan wisata sisa erupsi Gunung Merapi, tetapi lebih kepada pemandangan alam, seperti tempat untuk menikmati \"sunset\".
\"Jadi jalan kaki dulu, tidak bisa masuk kendaraan. Di tempat itu selain bisa melihat lebih jelas Gunung Merapi juga akan lebih bagus untuk menikmati \'sunset\',\" katanya.
Selama ini, jalur treking di wisata \"Lava Tour\" memang sudah ada. Seperti, yang ada di Sungai Kuning yang salah satu unggulannya menikmati pemandangan bekas erupsi, yaitu tebing Watu Kemloso. Namun, sejauh ini pengunjung masih lebih tertarik pada layanan persewaan Jepp atau motor trail.
\"Mungkin dua atau tiga bulan lagi baru bisa dibuka,\" katanya.
Inovasi-inovasi baru seperti ini, kata dia, sangat dibutuhkan untuk mengembangkan wisata \"Lava Tour\" agar kembali lebih bergairah. Karena pengunjung yang datang ke tempat ini intensitasnya semakin berkurang.
\"Dulu waktu awal dibuka lebih ramai pastinya, dibandingkan sekarang. Apalagi dengan perkembangan wisata ini yang tidak terlalu signifikan,\" katanya.
Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan TNGM Asep Nia Kurnia mengatakan, pihaknya mengapresiasi mengenai upaya-upaya dari warga lereng Merapi tersebut untuk meningkatkan perekonomian mereka.
\"Kami siap untuk memfasilitasinya, yaitu membuka jalur trekking baru. Untuk meningkatkan fungsi hutan bagi wisatawan, TNGM sudah semestinya bisa memfasilitasinya,\" katanya.
Ia mengatakan, yang perlu diperhatikan adalah jalur trekking baru tersebut tidak melanggar aturan zonasi yang telah ada.
\"Di hutan TNGM terbagi dalam tiga zonasi, yaitu zona inti untuk ekosistem, seperti tumbuhan atau satwa yang ada. Kemudian, zona rimba yang digunakan untuk hal yang sama,\" katanya.
Selain itu, kata dia, ada zona pemanfaatan. Zona inilah yang boleh dimanfaatkan oleh warga setempat, salah satunya seperti untuk objek wisata.
\"Usulan warga itu bagus. Ada titik-titik tertentu di hutan memang yang tidak boleh dilakukan pengembangan wisata. Yang boleh di zona pemanfaatan,\" katanya. (*)