Empat Mahasiswa Malang Dapat Pengalaman di Inggris
Senin, 24 November 2014 11:58 WIB
Oleh Zeynita Gibbons
London (Antara) - Empat remaja Indonesia dari tiga perguruan tinggi di Malang, Jawa Timur, mendapat berbagai pengalaman menarik usai mengikuti Program Encompass di Plas Gwynant Center di Snowdonia, daerah pegunungan tertinggi di Wales, Inggris.
"Kami mendapatkan berbagai pengalaman yang luar biasa," ujar Panggalih Seno Pamungkas (19), mahasiswa Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang, asal Blitar, satu dari empat remaja Indonesia peserta program Encompass itu kepada Antara London, Minggu.
Tiga mahasiswa Indonesia lainnya adalah Destarizky Tidoputri Pratama mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Malang asal Jatiroto Lumajang, Lilis Nur Hidayati asal Magetan, juga dari UM Prodi Sastra Inggris, dan Muhammad Munawwir Tipu Mass Mattaro Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang asal Makassar, Sulawesi Selatan.
Program Encompass lahir dari peristiwa bom Bali tahun 2002, yang meninggalkan kesan mendalam bagi pasangan Alex dan Mandy Braden asal Inggris, karena putra mereka, Daniel, menjadi salah satu korban tewas. Setahun sejak saat itu mereka memperkenalkan program Encompass sebagai upaya saling pengertian di antara para remaja di dunia.
Setiap tahun berbagai remaja di dunia mengikuti program yang ditangani oleh Yayasan Encompass Trust itu. Tahun ini empat remaja Indonesia tersebut bergabung dengan masing-masing empat remaja dari Israel, Palestina, Amerika Serikat serta delapan orang dari Inggris untuk melakukan kegiatan bersama.
"Kami belajar dari sebuah perjalanan, petualangan, saling menolong, tidak peduli agama, negara, ras ataupun warna kulitnya apa," ujar Galih yang bisa bertemu dengan peserta dari negara adikuasa, dan juga negara yang mengalami konflik.
Dalam program "Encompass Journey of Understanding" (JOU) itu sebanyak 24 peserta berusia antara 18 sampai 25 tahun selama seminggu ditampung dalam satu centre di wilayah perbukitan di Snowdon, yang merupakan pegunungan tertinggi di Wales.
Para remaja dari Indonesia, Palestina, Israel, Amerika Serikat dan Inggris hidup bersama, melakukan kegiatan di luar ruangan, berdiskusi dan makan bersama jauh dari keramaian dan bahkan terisolasi dari dunia luar karena tanpa fasilitas internet serta tidak ada sinyal telepon seluler.
"Saya mendapat banyak hal dari program 'Journey of Understanding', mulai dari teman, pengetahuan, dan pemahaman tentang negara lain," ujar Lilis Nur Hidayati saat kemudian berkunjung ke KBRI London dan sempat berfoto dengan pejabat wakil kedutaan tersebut. (*)