Jempol Buat TNI
Sabtu, 4 Oktober 2014 10:52 WIB
Saudara tua dan saudara muda. Begitulah untuk menyebut hubungan tentara dengan polisi di zaman Orde Baru masih berkuasa.
Terminologi saudara tua merujuk pada TNI, sedangkan yang muda pada Polri. Tidak ada dokumen tertulis mengenai hubungan "persaudaraan" kedua institusi yang berbeda ranah tugas itu, namun semua pihak memahami "posisi" masing-masing.
Meskipun beda bidang tugas, TNI dan Polri pernah bernaung dalam satu wadah bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Polisi pernah menjadi bagian dari institusi yang tugasnya di bidang pertahanan negara itu.
Orde Baru kemudian runtuh. Polisi dipisahkan dari tentara. Istilah ABRI diubah menjadi TNI. ABRI yang merupakan salah satu penopang kekuasaan di bawah pimpinan Soeharto tentu tidak serta merta bisa mengubah budaya dan psikologis prajuritnya sebagai institusi yang pernah memiliki kekuasaan besar di negeri ini.
Salah satu wujud ketidaksiapan prajurit TNI di awal-awal reformasi itu adalah terjadinya bentrok dengan aparat Polri yang sudah tidak lagi menjadi saudara muda. Bahkan level pimpinan tertingginya sudah sejajar. Kapolri bukan lagi di bawah instruksi Panglima TNI.
Sejarah mencatat, bentrokan paling "dahsyat" terjadi di Binjai, Sumatera Utara, antara pasukan Brimob dengan prajurit Batalyon Lintas Udara (Linud) 100/Prajurit Setia. Selain dengan tembakan, serangan menggunakan granat juga dilakukan, sehingga mirip perang. Bahkan Komandan Satuan (Dansat) Brimob Polda Sumatera Utara Syafei Aksal (saat itu masih berpangkat komisaris besar) juga mengalami luka.
Gesekan-gesekan lain terjadi, seperti pada 2001 terjadi penyerbuan oleh anggota Batalyon Infanteri Linud Kostrad terhadap beberapa kantor polisi di Kota Madiun, Jatim. Akibat penyerbuan itu sejumlah korban meninggal. Bentrokan-bentrokan di tempat lain juga masih terjadi saat itu.
Kasus terbaru yang kini masih dalam penanganan bersama antara TNI dengan Polri adalah penembakan empat anggota Yonif 134 Tuah Sakti, Batam, yang dilakukan oleh aparat Brimob Polda Kepulauan Riau (Kepri), 21 September 2014.
Kita patut mengacungkan jempol kepada para prajurit TNI yang mampu menahan diri dan tidak menampilkan egoisme hanya karena mengedepankan jiwa korsa. Kawan-kawan dari empat prajurit Yonif 134 Tuah Sakti telah menunjukkan sikap dewasa yang mampu menahan diri untuk tidak melakukan aksi balas dendam. Mereka memilih taat pada hukum. Bisa dibayangkan jika peristiwa Batam ini terjadi di awal-awal Orde Reformasi dulu.
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengatakan tim investigasi Mabes TNI dan Mabes Polri telah menyelesaikan penyelidikan kasus penembakan terhadap empat anggota TNI di Batam. Hasilnya akan segera diumumkan, namun pengumuman akan dilakukan tim investigasi sesuai kesepakatan pimpinan TNI-Polri sendiri saat melakukan supervisi kasus itu.
Pimpinan TNI menyatakan akan menindak tegas anggotanya bila terbukti melakukan pelanggaran dan perusakan mobil maupun bangunan di depan Markas Brimob Polda Kepri ataupun menghalangi proses penggerebekan oleh anggota Polri ke tempat yang diduga menimbun BBM ilegal.
Kini, TNI akan merayakan ulang tahunnya yang ke-69 pada 5 Oktober 2014 yang akan dipusatkan di Markas Komando Armada RI Kawasan Timur di Surabaya. Karena tanggal tersebut bersamaan dengan Hari Raya Idul Adha, maka upacara besar itu diundur menjadi 7 Oktober 2014.
Sejumah kekuatan tempur akan ditampilkan oleh TNI, seperti pesawat milik TNI AU, tank Leopard milik TNI AD atau kapal-kapal perang terbaru milik TNI AL. Menurut Jenderal Moeldoko, penampilan seluruh kekuatan TNI itu sebagai bentuk pertanggungjawaban pimpinan TNI kepada rakyat.
Ungkapan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Letjen TNI Gatot Nurmantyo cukup menarik untuk menegaskan hubungan TNI dengan rakyat. Katanya, TNI tanpa rakyat itu ibarat bangkai karena rakyat adalah ruh, sedangkan TNI adalah tubuh.
Anggota TNI sendiri adalah rakyat, termasuk anggota Polri. Karenanya tidak ada alasan bagi TNI maupun Polri untuk mengedepankan ego dan dendam setiap ada masalah di lapangan yang dilakukan oleh prajurit. Hukum adalah landasan bersama yang harus dijunjung bersama juga.
Selamat ulang tahun untuk prajurit TNI. Bravo untuk TNI AD yang di dalamnya ada Kopassus, Kostrad, Raider atau pasukan-pasukan yang bertugas di satuan-satuan teritorial. Bravo untuk TNI AL yang di dalamnya ada Marinir, Pasukan Katak, Detasemen Jala Mangkara atau prajurit di kapal-kapal perang. Bravo untuk TNI AU yang di dalamnya ada Pasukan Khas (Paskhas) atau pasukan yang mengawaki pesawat-pesawat tempur. Rakyat bangga dengan kalian... (*)