Mengasah Naluri Tempur
Senin, 2 Juni 2014 17:00 WIB
Banongan hanyalah sebuah desa kecil di ujung timur Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Desa di Kecamatan Asembagus itu tidak terkenal. Kalau ada yang terkenal dari wilayah itu hanya sebuah pondok pesantren yang pernah diasuh oleh ulama terkemuka negeri ini almarhum KH As'ad Syamsul Arifin, yakni Pesantren Salafiyah Syafiiyah.
Kini, Banongan yang terletak di perlintasan utama jalur Surabaya-Bali itu ramai, khususnya kendaraan-kendaraan militer, baik angkut maupun satuan-satuan tempur. Truk tentara hilir mudik, kendaraan dinas juga demikian. Kendaraan-kendaraan berkode bintang yang pemiliknya menunjukkan seorang jenderal tiap hari berseliweran di desa gersang yang penduduknya mayoritas bertani itu.
Selain itu dentuman-dentuman meriam dari yang ringan hingga berat yang memekakkan telinga mulai terdengar menyalak-nyalak. Helikopter berputar-putar di udara dan pesawat tempur melintas cepat.
Ya, Banongan menjadi tuan rumah para prajurit dari pangkat terendah hingga para jenderal karena menjadi lokasi pertempuran pada Latihan Gabungan (Latgab) yang dipimpin oleh Dirlat Letjen TNI Lodewijk F Paulus itu.
Konon, medan di areal Pusat Latihan Tempur Marinir itu sangat ideal untuk latihan tempur gabungan. Semua matra bisa "bermain" dengan leluasa karena ada unsur laut dan pantai, darat dan serangan udara. Kontur lahan yang berbukit-bukit juga cukup bagus sehingga pergerakan prajurit infanteri maupun kavaleri meyerupai peperangan sebenarnya. Konon prajurit negara asing juga menyukai medan latihan ini.
Pada Latgab 2014 yang puncaknya akan dilaksanakan 4 Juni itu melibatkaan 15.000 lebih prajurit TNI AD, TNI AL dan TNI AU. Ratusan jenis alat utama sistem senjata (alutsista) dikerahkan untuk menyukseskan latihan ini. Mereka adalah prajurit-prajurit penjaga kedaulatan negeri yang kini berjibaku dengan peralatan. Bagi yang berkeluarga, sudah berhari-hari mereka tidak jumpa anak istri
Sejumlah prajurit Armed Marinir tidur menggunakan alas tidur lapangan di pinggir Pantai Banongan bersama senjata peluncur meriam Howittzer dan RM 70 Grad. Mereka bercerita, juga harus "bertempur" dengan nyamuk besar-besar saat petang dan pagi hari.
Latihan gabungan tidak sekadar membuat Desa Banongan menjadi ramai. Masyarakat juga merasakan dampaknya. Dari sisi "hiburan", aksi pasukan, khususnya helikopter menjadi tontonan warga. Dari sisi ekonomi, menambah penghasilan sejumlah warga. Ada pemilik loundry, warung makan, penjual makanan keliling dan lainnya mengaku penghasilannya bertambah.
Latihan dengan penggunaan senjata-senjata berat penuh risiko. Karena itu Dirlatgab Letjen Lodewijk terus menerus melakukan pengecekan hingga detil terhadap persiapan latihan ini. Komandan Komando Pendidikan dan Latihan TNI AD itu meminta komunikasi dan koordinasi antarkomando satuan harus betul-betul diperhatikan untuk menghindari adanya kecelakaan.
Lodewijk mengemukakan bahwa Latgab TNI ini untuk menguji doktrin TNI, yakni kampanye militer. "Kita juga ingin melihat kemampuan prajurit dalam melaksanakan operasi gabungan dengan tiga matra," kata Lodewijk.
Kepada seluruh prajurit yang ikut dalam latgab Lodewijk meminta agar melaksanakan latihan dengan sungguh-sungguh. "Lakukan latihan dengan prosedur tetap latgab. Jangan melakukan overlaping, sehingga dapat menimbulkan masalah," ujarnya.
Lodewijk mengurai secara ringkas skenario latihan terbesar TNI yang pernah digelar sejak Latihan Gabungan TNI pada 1983 di Pantai Cilegon, Banten, itu. Diasumsikan ada kekuatan asing dari negara Musang yang mencoba merebut sebagian wilayah Indonesia. Mereka berpangkalan di Pulau Paju, sebelah barat Bengkulu. Mereka juga mengerahkan kekuatan laut dan udara mereka sebelum akhirnya melakukan pendudukan di Pantai Banongan.
Sesuai doktrin pertahanan dan penyerbuan yang dianut TNI sampai saat ini, kekuatan penangkal yang harus dikerahkan adalah tiga kali kekuatan penyerbu/agresor. "Karena yang menyerbu berkekuatan satu brigade, maka kami siapkan kekuatan satu divisi," katanya.
Bukan hanya aspek teknis yang ditekankan dalam latihan ini, tapi juga spiritual untuk menjaga keselamatan prajurit dan alutsista serta suksesnya gawe besar itu.
Panglima Komando Tugas Darat Latgab TNI 2014 Mayjen TNI Fransen Siahaan menjelaskan bahwa kegiatan spiritual dilakukan oleh prajurit unsur darat dengan kegiatan doa bersama masyarakat sekitar dan ulama sebelum pelaksanaan latihan.
"Kami semalam mengadakan kegiatan doa bersama dipimpin oleh kiai yang santrinya 20.000-an orang. Kami juga melibatkan masyarakat untuk ikut mendoakan kelancaran kegiatan latihan ini. Kita berdoa agar Tuhan merestui semua kegiatan kami," kata jenderal berbintang dua itu, beberapa waktu lalu.
Ia mengemukakan, meskipun pihaknya sudah merencanakan semua kegiatan latihan dengan penuh perhitungan, namun aspek kekuatan di luar manusia harus diperhitungkan. Dengan carra pendekatan spiritual ini pihaknya membina pasukannya agar tidak takabur.
"Kita hanya merencanakan, tapi Tuhan yang menentukan lancar atau tidaknya. Aktivitas doa bersama ini kan juga merupakan pembinaan menntal prajurit, yakni membina mereka agar memiliki mental bagus, tidak takabur," katanya.
Masih untuk keamanan, saat latihan puncak, masyarakat yang bekerja di dekat Banongan diimbau untuk tidak bekerja. Hal itu termasuk juga bagi nelayan. Sejumlah warga mengaku terbiasa dengan imbauan itu dan tidak merasa keberatan. (*)