Kenaikan Subsidi Listrik akibat Kurs
Rabu, 28 Mei 2014 23:59 WIB
Oleh Kelik Dewanto
Jakarta (Antara) - Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman mengatakan, kenaikan subsidi listrik pada RAPBN Perubahan 2014 merupakan akibat faktor eksternal, yakni peningkatan kurs. "Kenaikan subsidi listrik ini murni karena kenaikan kurs," katanya di Jakarta, Rabu.
Sesuai dengan APBN 2014, subsidi listrik ditargetkan sebesar Rp71,4 triliun. Namun, pemerintah memperkirakan subsidi listrik bakal membengkak menjadi Rp107,1 triliun. Pemerintah mengajukan usul kenaikan subsidi listrik tersebut dalam RAPBN Perubahan 2014.
Jarman mengatakan, pada APBN 2014, asumsi kurs sebagai perhitungan subsidi listrik sebesar Rp10.500 per dolar AS. Namun, dalam RAPBN Perubahan diasumsikan menjadi Rp11.700 per dolar AS. "Setiap kenaikan kurs Rp100 per dolar AS akan meningkatkan subsidi listrik Rp1 triliun," katanya.
Dengan demikian, pelemahan asumsi kurs dari Rp10.500 menjadi Rp11.700 per dolar AS atau terdapat selisih Rp1.200 menyebabkan subsidi membengkak Rp12 triliun.
Menurut dia, asumsi lainnya seperti konsumsi BBM tidak mengalami perubahan atau tidak menyebabkan kenaikan subsidi listrik. PT PLN (Persero) menargetkan pemakaian BBM untuk pembangkit listrik pada 2014 mencapai 6,4 juta kiloliter, sementara hingga kuartal pertama 2014 atau periode Januari-Maret, konsumsi BBM sudah mencapai 1,8 juta kiloliter.
Jarman juga mengatakan, pemerintah menurunkan permintaan listrik pada 2014 menyusul perkiraan pertumbuhan ekonomi yang juga lebih rendah. "Awalnya, pertumbuhan listrik sebesar 9 persen, namun diturunkan karena ekonomi memang turun," katanya.
Selain listrik, subsidi BBM pada 2014 bakal membengkak hingga Rp74,3 triliun, dari Rp210,7 triliun menjadi Rp285 triliun akibat kenaikan kurs. (*)