Produk Banyuwangi Berpotensi Masuk Pasar China
Sabtu, 8 Maret 2014 21:53 WIB
Banyuwangi (Antara Jatim) - Para pelaku usaha di Banyuwangi, Jawa Timur, kini memiliki kesempatan besar untuk memasarkan produk-produknya ke China melalui program "Exchange Centre" yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Mengutip keterangan tertulis Humas Pemkab Banyuwangi, Sabtu, disebutkan bahwa Senior Advisor Jawa Timur yang menangani Exchange Center di Tianjin, China, Jasper Ho, secara khusus hadir langsung di Banyuwangi, untuk menyosialisasikan program tersebut.
Jasper Ho mengatakan program kerja sama antara Provinsi Tianjin dengan Jatim telah terjalin sejak tahun 2003, yang kemudian diperkuat dengan penandatanganan nota kesepahaman, antara lain berisi pengembangan Exchange Centre pada 2012.
"Gubernur Jawa Timur menggunakan exchange centre untuk mempromosikan barang-barang Jawa Timur di China,” kata Jasper yang menjadi wakil Jatim mengurusi promosi perdagangan dan investasi di Tianjin.
Hubungan perdagangan China dan Indonesia, lanjut Jasper, saat ini masih dalam tahap pengembangan sehingga kesempatan untuk meningkatkan kerja sama itu masih sangat besar. Apalagi, saat ini kebijakan ekonomi di China mulai bergeser, dari sebelumnya berorientasi ekspor menjadi impor.
Alasannya antara lain semakin menipisnya sumber daya alam di China sebagai bahan baku industri dan menguatnya nilai mata uang China di dunia. "Jadi lebih menguntungkan jika China melakukan impor dibanding ekspor," terang Jasper.
Bahkan China juga memiliki kebijakan tidak memungut pajak ekspor impor dengan negara-negara ASEAN.
Dengan kedatangannya ke Banyuwangi, dia berharap dapat memperoleh produk-produk pelaku usaha lokal yang potensial dan dapat dipasarkan di Tianjin. Saat ini barang-barang asal Jatim sudah banyak yang dipasarkan di China. "Ini adalah saat yang tepat bagi produk Banyuwangi mulai masuk ke China," tambah Jasper.
Perwakilan Biro Administrasi Kerja Sama Provinsi Jatim Cipto Wibowo mengatakan alasan Jatim melakukan program exchange centre dengan kota Tianiin, antara lain karena Tianjin merupakan pusat ekonomi terbesar di wilayah China Timur.
Selain itu, kota Tianjin dikelilingi 12 provinsi dengan jumlah total penduduk mencapai 600 juta jiwa dan pendapatan perkapita pertahun warga Tianjin mencapai Rp150 juta. "Ini adalah market yang sangat potensial untuk memasarkan produk-produk di Jawa Timur," kata Cipto.
Selama ini produk-produk dari pelaku usaha di Jawa Timur dikirim ke Tianjin melalui kontainer dengan jalur laut. Pemprov Jatim tidak memungut biaya untuk setiap barang yang diikutkan dalam pengiriman ini. "Namun, ongkos pengiriman dari Banyuwangi ke Surabaya serta pengepakan ditanggung pengusaha dengan cara menambahkannya ke dalam harga produk yang akan dibeli konsumen," tambah Cipto.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyambut baik program exchange centre yang berikan oleh Pemprov Jatim tersebut dan sudah saatnya pengusaha Banyuwangi masuk ke pasar yang lebih luas.
"Sudah saatnya kita ekspansi. Ini sebagai permulaan kita menjelang berlakunya perdagangan bebas AFTA tahun 2015," ucapnya. (*)