"Kami datang untuk melihat dampak abu vulkanik Kelud (1.731 mdpl) di Borobudur, kalau pun hanya diperbolehkan masuk di sekitar zona I, kami tidak kecewa". Itulah ungkapan salah seorang anggota keluarga besar LKBN Antara Biro Jawa Timur ketika mengitari kawasan candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah dari berbagai sudut. Ya, Candi Borobudur yang dibangun sekitar 824 M pada masa Kerajaan Syailendra itu sudah dua kali tersaput abu vulkanik dalam lima tahun terakhir yakni abu Merapi (2010) dan abu Kelud (2014). Dan, abu vulkanik akibat letusan Gunung Kelud pada Kamis (13/2/2014) pukul 22.50 WIB itu masih lengket di bebatuan candi Buddha yang juga merupakan situs warisan dunia itu. "Itu justru wisata bersejarah, karena kami bisa melakukan foto saat pembersihan Borobudur. Belum tentu ada abu vulkanik di Borobudur pada setiap tahun lho," ucapnya, tersenyum. Hingga "wisata bersejarah" pada Sabtu (23/2) pukul 08.30 WIB itu, proses pembersihan Candi Borobudur memang sudah mencapai 80 persen, namun jejak abu masih jelas terlihat. Bahkan, jalanan dari tanah yang menuju loket tiket masuk pun masih dibersihkan dengan sekop oleh sejumlah petugas. "Ini sudah tidak seberapa," tutur seorang petugas sambil menunjuk bekas galian. Namun, koordinator Pemanfaatan dan Layanan Masyarakat Balai Konservasi Borobudur, Pangga Ardiansyah, mengaku pihaknya tetap bersyukur atas musibah yang dialami. "Kami bersyukur, karena kedatangan wisatawan tidak terlalu terpengaruh dengan abu vulkanik, meski Borobudur sempat ditutup dalam beberapa hari, namun para wisatawan yang kecewa umumnya dapat memaklumi dan justru membantu kami untuk bersih-bersih," tuturnya. Menurut dia, pembersihan Candi Borobudur dalam setiap hari melibatkan 200-300 relawan. Mereka berasal dari kalangan umat Buddha, karyawan hotel, pemandu wisata, pedagang asongan, pelajar, dan para turis. "Bahkan, tidak hanya melibatkan orang Jawa Tengah, tapi paling jauh ada yang datang dari Surabaya, juga ada beberapa turis Korea yang mengikuti Kemah Budaya Internasional pun ikut," paparnya. Secara teknis, pembersihan tinggal 2-3 hari lagi, sehingga pembersihan kering dengan sapu dan pembersihan basah dengan semprotan air sudah bisa dianggap selesai. "Jadi, tinggal tahap akhir yang akan kami lakukan sendiri, karena prosesnya lebih internal," tukasnya di sela-sela menerima "Family Outing 2014" LKBN Antara Biro Jawa Timur. Tahap akhir yang internal adalah pembersihan sistem drainase di bawah pelataran Borobudur yang mungkin perlu dikeruk dan dibersihkan dari kubangan abu dan pasir halus yang merupakan sisa-sisa dari proses pembersihan kering dan basah sebelumnya. Meski pembersihan oleh relawan dihentikan pada Selasa (25/2), katanya, namun relawan yang datang ke Borobudur akan tetap diterima, namun bila jumlahnya besar akan dialihkan ke candi-candi di Yogyakarta yang proses pembersihannya belum maksimal. Selain relawan yang terus berdatangan, wisatawan yang datang pada libur "akhir pekan" (Sabtu dan Minggu) juga tetap ribuan. "Kalau hari normal, setiap akhir pekan selalu ada 5.000-10.000 pengunjung yang datang ke Borobubur dan pada hari-hari biasa berjumlah 2.000-an pengunjung," tandasnya. Rabu (26/2), pembersihan candi Borobudur tuntas, hingga secara keseluruhan kawasan wisata bersejarah tersebut dibuka seluruhnya untuk umum, pelancong sudah bisa menikmati candi hingga puncaknya. Ya, selang sepuluh hari dari erupsi Kelud, wisatawan asing pun masih banyak yang datang, di antaranya dari Italia, Rusia, China, dan sebagainya, kendati wisata Borobudur "rasa" Kelud, he-he.... (*)
Wisata Borobudur "Rasa" Kelud
Jumat, 28 Februari 2014 10:31 WIB