Tindakan Kekerasan Agama di Indonesia Meningkat
Sabtu, 7 Desember 2013 19:04 WIB
Malang (Antara Jatim) - Program Officer Islam and Civil Society The Asia Foundation Dr Budhy Munawar Rahman mengemukakan tindakan kekerasan Agama di Indonesia sepanjang tahun 2013 meningkat tajam, bahkan dua kali lipat jika dibandingkan dengan lima tahun lalu.
"Pada tahun 2012, tindakan kekerasan yang bersentuhan dengan masalah agama di Tnah Air mencapai 371 kasus dan tahun 2013 ini meningkat. Kalau dikalkulasi, angka kekerasan tahun ini dua kali lipat lebih banyak daripada lima tahun lalu," tegas Budhy di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu.
Budhy mengatakan hal itu di sela-sela acara "Refleksi Akhir Tahun Potret Keberagaman Bangsa 2013" yang diselenggarakan Fakultas Agama Islam (FAI) UMM.
Mantan Direktur Yayasan Paramadina itu mengatakan sepanjang tahun 2013 masih banyak terjadi sikap tidak toleran yang berujung pada kekerasan secara fisik, seperti fenomena Ahmadiyah di Cikeusik, Syiah di Sampang, Gereja Filadelfia di Bekasi dan Masjid di Ende.
Di tempat-tempat tersebut, tegasnya, kaum minoritas merasa tidak aman dan tidak nyaman dalam menjalankan ajaran agama yang diyakininya karena terancam kekerasan fisik. "Kondisi ini kan cukup memprihatinkan," tandasnya.
Sementara itu Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr Haedar Nasir Msi mengatakan berbagai jenis kekerasan beragama sulit dihentikan karena banyak umat beragama melakukan kekerasan dengan anggapan bahwa hal itu merupakan bagian dari ajaran agamanya.
Mereka, lanjutnya, merasa mewakili Tuhan dan menganggap kekerasan sebagai alat suci. "Oleh karenanya, dalam beragama, semangat saja tidak cukup, tapi harus diimbangi dengan pengetahuan yang memadai," ujarnya.
Sedangkan dosen FAI UMM Pradana Boy ZTF MA (AS) dalam paparannya menyebutkan Islam di Indonesia maknanya telah menyempit karena terjebak dalam labelisasi, baik dari sisi ekonomi maupun politik.
Dari sisi ekonomi, katanya, penyebutan Islam di media bisa meningkatkan rating, sedangkan dari sisi politik, Islam dimanfaatkan untuk mendulang suara menjelang Pemilu.
Senada dengan Pradana Boy, dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya Akhmad Muzakki mengatakan di Indonesia segala jenis komoditas yang berbau Islam itu laku dijual.
"Jangankan komoditas praktis seperti perbankan atau asuransi syariah, aspek-aspek spiritual pun laku, seperti doa dan shalat juga dibisniskan. Contohnya, bisnis pelatihan shalat khusyuk yang belakangan ini dibanjiri peminat," tandasnya.(*)