Wali Kota Surabaya Jadi Pembicara Sekolah Kebangsaan
Kamis, 7 November 2013 18:23 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjadi pembicara sekolah kebangsaan di hadapan ratusan siswa mulai SD, SMP dan SMA yang dihelat di sekolah SMA St. Louis, Jl. Polisi Istimewa Surabaya, Kamis.
"Pada 20 Agustus 1945 pernah terjadi peristiwa heroik, yakni penurunan bendera Jepang. Pada masa tersebut, menurunkan bendera musuh itu bukan perkara main-main. Sangat tidak mudah dan itu taruhannya nyawa," kata wali kota saat menjadi pembicara.
Pemkot Surabaya secara rutin mengadakan sekolah kebangsaan dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November. Konsep kegiatan dikemas layaknya aktivitas belajar-mengajar di sekolah pada umumnya, namun yang menjadi gurunya adalah Wali Kota Surabaya beserta para veteran.
Para siswa yang hadir dalam sekolah kebangsaan dengan tema "Pahlawanku Idolaku" ini mengenakan pakaian serta atribut bernuansa perjuangan.
Untuk itu, Risma menekankan pada para pelajar agar tidak pernah melupakan jasa para pahlawan. Atas perjuangan dan keberanian para pembela tanah air lah saat ini rakyat Indonesia bisa menikmati kemerdekaan.
Selain itu, lanjut dia, generasi muda sekarang juga mengemban tugas melawan penjajah era modern yakni kemiskinan dan kebodohan.
Oleh karenanya, wali kota perempuan pertama di Surabaya menyatakan akan sangat penting bagi kaum muda meningkatkan daya saing. Dengan demikian, Indonesia bisa dikenal di mata dunia. Terlebih, bangsa ini bisa memegang peranan penting tanpa harus bergantung dari pihak lain.
"Generasi muda berkewajiban mengisi kemerdekaan. Perjuangan sekarang ini harus diisi dengan torehan prestasi. Kelak saya ingin dengar ada anak Surabaya yang sukses," ujarnya.
Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Surabaya, Hartoyik mengatakan kegiatan semacam ini sangat penting bagi anak-anak supaya mengenal sejarahnya dengan baik. Sebab, jika tidak, mereka akan lupa bagaimana Negara ini bisa merdeka.
"Pemuda zaman sekarang harus tahu besarnya pengorbanan untuk meraih kemerdekaan. Mereka harus tahu kemerdekaan itu harus dibayar dengan harga yang mahal. Sampai tetes keringat dan titik darah penghabisan," kata pria berusia 84 tahun tersebut.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya, Wiwiek Widayati menuturkan, tujuan utama sekolah kebangsaan yakni untuk memberikan pemahaman kepada generasi muda Surabaya akan pentingnya nilai-nilai perjuangan.
"Surabaya adalah satu-satunya kota di Indonesia yang berjuluk Kota Pahlawan. Oleh karena itulah jiwa perjuangan itu harus ditekankan kepada seluruh warga Surabaya, termasuk para pelajar," ujarnya. (*)