Surabaya (Antara Jatim) - PT Semen Indonesia (Persero) Tbk terus mendorong penggunaan sumber energi atau bahan bakar alternatif dari limbah pertanian atau biomass sebagai substitusi batubara untuk proses produksi semen di Pabrik Tuban. Direktur Utama PT Semen Indonesia Dwi Soetjipto dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Surabaya, Jumat, mengemukakan energi alternatif biomass berasal dari sekam padi, serbuk sabut kelapa, serbuk gergaji, dan limbah tembakau. "Biomass sebagai bahan bakar alternatif telah digunakan sebanyak 61.356 ton atau setara sekitar 12 persen pemakaian batubara. Program biomass ini sudah dimulai sejak 2009 dengan pembangunan fasilitas 'feeding transport' berkapasitas 20 ton biomass per jam untuk mempermudah mobilisasi bahan bakar alternatif tersebut," katanya. Penggunaan energi alternatif tersebut membawa PT Semen Indonesia meraih dua penghargaan dalam ajang "ASEAN Energy Awards 2013" di Bali, Rabu (25/9), yang diikuti seluruh negara di kawasan Asia Tenggara. Adapun dua penghargaan yang diserahkan pada acara ASEAN Ministers of Energy Meeting itu adalah "ASEAN Energy Management Awards" untuk pemanfaatan energi alternatif biomass dan "ASEAN Coal Awards" untuk penggunaan batubara rendah kalori. "Penghargaan itu sekali lagi menjadi bukti komitmen dan kerja nyata Semen Indonesia dalam mempraktikkan konsep bisnis yang berkelanjutan. Sebelumnya, perseroan juga telah meraih Proper Emas (penghargaan lingkungan tingkat tertinggi yang diberikan Kementerian Lingkungan Hidup)," ujar Dwi Soetjipto. Menurut ia, industri semen adalah industri yang padat energi, termasuk untuk konsumsi batubara yang merupakan sumber energi tidak terbarukan. Selain itu, batubara tidak baik bagi keberlanjutan lingkungan dan memakan biaya sangat tinggi. "Melalui pemanfaatan biomass, kami mempunyai tujuan ganda, yaitu menjaga keberlanjutan lingkungan dan sekaligus efisiensi biaya operasional, yang pada akhirnya bisa meningkatkan profitabilitas perseroan," tambahnya. Selain itu, lanjutnya, pemanfaatan biomass mampu memberi stimulus bagi perekonomian masyarakat lokal, karena biomass didatangkan dari wilayah sekitar pabrik, antara lain Kabupaten Tuban, Lamongan, Bojonegoro, dan Rembang (Jateng). Hingga saat ini, lebih dari 11 vendor yang menyuplai sekam ke Pabrik Tuban dengan penyerapan tenaga kerja untuk pembongkaran sekitar 50 orang. "Pemanfaatan biomass juga berfungsi mengurangi emisi gas rumah kaca untuk meminimalisasi dampak pemanasan global," ujarnya. Dalam program "Clean Development Mechanism" yang telah disetujui Dewan Nasional Perubahan Iklim dan teregistrasi di lembaga internasional PBB, United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), langkah Semen Indonesia dalam memanfaatkan energi alternatif telah mendapat kredit karbon sebesar 36.805,91 ton CO2 pada 2011 dan potensinya mencapai 102.081,61 ton CO2 pada 2012. Sementara untuk pemakaian batubara rendah kalori sebagai pengganti batubara tinggi kalori, menurut Dwi Soetjipto mampu memberi dampak positif bagi perseroan dalam hal efisiensi biaya. Dalam ajang penghargaan di Bali, Semen Indonesia memaparkan proses penanganan batubara mulai dari bongkar di pelabuhan sampai pemanfaatan "pulverized coal" sebagai bahan bakar. Dwi Soetjipto menambahkan perseroan mempunyai tim manajemen energi yang secara berkala melakukan audit energi untuk mengidentifikasi penggunaan energi sekaligus mencari peluang potensi penghematan energi. "Tidak hanya oleh tim internal, audit energi juga melibatkan tim independen dari pihak eksternal. Hasil audit energi ini menjadi rujukan dalam setiap penyusunan program efisiensi dan konservasi energi," tambahnya. (*)
Semen Indonesia Dorong Penggunaan Energi Alternatif Biomass
Jumat, 27 September 2013 20:24 WIB