Bank Dunia Apresiasi Kemajuan Pembangunan MRT Surabaya
Kamis, 19 September 2013 18:38 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - World Bank (Bank Dunia) memberikan apresiasi terhadap progres rencana pembangunan sistem transportasi massal atau "mass rapid transit" (MRT) berupa trem dan monorel di Kota Surabaya.
Kabag Kerja Sama Pemkot Surabaya, Ifron Hady Susanto, Kamis, mengatakan, apresiasi positif tersebut disampaikan utusan dari World Bank perwakilan Asia Pasifik pada saat berkunjung ke Balai Kota Surabaya.
"Kedatangan World Bank ke Surabaya untuk mengetahui perkembangan pembangunan sistem transportasi massal. Termasuk mendiskusikan tentang kendala apa saja yang dihadapi Pemkot Surabaya dalam merealisasikan pembangunan trem dan monorel," katanya.
Menurut dia, perwakilan dari Bank Dunia itu ingin lihat perkembangan dan meminta wali kota menyampaikan apa saja problem yang mau diselesaikan. "World Bank akan terus memantau perkembangannya karena ini kan proyek besar," ujarnya.
Ifron mengatakan pihak World Bank sudah sejak awal memberikan perhatian dengan aktif membantu untuk menyempurnakan studi kelayakan pembangunan trem dan monorel. Apalagi, bagi Pemkot Surabaya, trem dan monorel masih merupakan hal baru.
"Sejak awal mereka perhatian dengan terus melakukan pendampingan. Karena monorel dan trem kan asing bagi kita," katanya.
Ifron mengatakan, pembangunan trem dan monorel menjadi target prioritas bagi Pemkot Surabaya untuk segera direalisasikan karena dengan jumlah penduduk yang terus bertambah dan peningkatan volume kendaraan yang tidak sebanding dengan penambahan jalan baru.
Hal ini, katanya, menyebabkan Kota Surabaya terancam menjadi kota statis jika tidak memprioritaskan pembangunan trem dan monorel.
"Ini memang menjadi prioritas karena kita lihat pertumbuhan kendaraan dan jalan tidak sebanding. Kemacetan di mana-mana. Kalau tidak diselesaikan akan menimbulkan dampak di mana-mana. Kota akan lumpuh dan kehidupan menjadi 'high cost' seperti di Jakarta," katnya.
Ifron merespons keputusan pemerintah pusat meluncurkan mobil murah dan ramah lingkungan atau "low cost and green car" (LCGC). Pemerintah pusat seharusnya berpikir ulang karena mobil murah akan menimbulkan dampak kemacetan parah di kota besar seperti di Surabaya.
"Justru yang paling penting itu transportasi massal. Di hampir semua negara maju sudah melakukannya. Harusnya yang didorong itu transportasi massal. Ini salah satu solusi yang ditawarkan supaya kecametan bisa direm sedikit," katanya.
Dalam pertemuan di ruang kerja wali kota tersebut, pihak World Bank juga memberikan pujian terkait keputusan Pemkot Surabaya untuk menggunakan tenaga staf sendiri dalam mengerjakan proyek-proyek. Di kota-kota lain, keberadaan konsultan masih menjadi pilihan utama dalam pembangunan proyek.
"Mereka (World Bank) menyatakan bagus sekali. Mereka memuji karena kita pakai staf sendiri, tidak lagi pakai konsultan luar," ujar Ifron.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan apresiasi dari Bank Dunia. Kepada para stafnya, orang nomor satu di pemerintahan Pemerintah Kota Surabaya ini memberikan motivasi agar tidak ragu dan takut untuk terus berkembang menjadi lebih baik.
"Kalian dengar sendiri mereka memberikan pujian. Karena itu, jangan capek untuk terus belajar dan belajar. Ayo kita kembangkan potensi terbaik kita," ujarnya. (*)