Siswa SD Luqman Hakim Belajar kepada Disabilitas
Kamis, 12 September 2013 17:24 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Sebanyak 99 siswa kelas satu SD Luqman al Hakim Pesantren Hidayatullah Surabaya belajar kepada penyandang cacat (disabilitas) dari Yayasan Penderita Anak Buta (YPAB) Gebang Putih Surabaya, Kamis.
Puluhan siswa itu berkerumun mendengarkan kisah dari tiga penyandang cacat tentang kehidupannya serta berbagi keterampilan dalam membaca Al Quran Braille dan memainkan alat musik.
"Saya pernah menjadi juara III nasional untuk lomba memainkan alat musik. Kuncinya, harus giat belajar," kata Bayu, lelaki asli Cilacap yang menderita tunanetra itu saat menceritakan bagaimana dirinya belajar memainkan alat musik berupa organ dan gitar.
Lain lagi dengan Ismail. Lelaki yang pandai bernyanyi dan mengaji itu bercerita bahwa awal mula dirinya menderita tuna netra.
"Ketika di kandungan, orang tua memeriksakan diri ke dokter dengan menggunakan sinar radiasi yang panas melebihi batas, makanya kakak sekarang seperti ini," katanya, mengenang.
Selesai bercerita, para siswa Luqman Hakiam diajak belajar sambil memegang Al Quran Braille. "Saya baru pertama kali ini melihat Al Quran Braille," kata Bagis, salah satu siswa kelas satu di sekolah itu.
Menurut guru SD Luqman Hakim, Timur Pertiwi, tujuan kegiatan ini untuk mengenalkan buku, di antaranya Al Quran yang merupakan salah satu buku yang memiliki beragam bentuk. "Salah satunya Al Quran Braille," katanya.
Selain itu, hal itu juga menanamkan kepada anak untuk menghargai orang lain. Walau pun penyandang disabilitas memiliki kekurangan, tapi di balik itu ada kelebihan yang luar biasa.
Sebelumnya (10/9), siswa Kelas 4 SD Luqman al Hakim Hidayatullah Surabaya memakai pakaian adat ke sekolah, di antaranya pakaian Jawa, Betawi, Maluku, dan lainnya, lalu mereka berkeliling menggunakan kereta kelinci untuk menyapa orang dengan menggunakan bahasa adat sesuai dengan pakaian yang dipakai.
Setelah mengedukasi masyarakat dengan pakaian adat dan bahasa daerah, para siswa memerankan alur cerita rakyat. "Uniknya, seluruh alur cerita sampai naskah dibuat oleh siswa sendiri. Anak-anak seperti sutradara cilik," kata penanggung jawab kegiatan, Alfiah Hamidah.
Ia menjelaskan kegiatan itu merupakan aplikasi pembelajaran keanekaragaman budaya yang dipelajari di kelas, lalu diaplikasikan dalam bentuk praktek, berbusana, bertutur kata dan mengangkat cerita rakyat. "Dengan kegiatan ini, kami mengedukasi mereka," katanya. (*)