Harga Produk Impor Naik Akibat Pelemahan Rupiah
Kamis, 22 Agustus 2013 14:02 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Harga berbagai produk impor di pasar perdagangan Jawa Timur mengalami kenaikan sekitar 15 persen dibandingkan kondisi normal, akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
"Kenaikan tersebut karena semua transaksi ekspor impor di pasar internasional menggunakan dolar AS," kata Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jatim, Bambang Sukadi di Surabaya, Kamis.
Saat ini, ungkap dia, kondisi itu mengakibatkan semua biaya dan komponen penunjang perdagangan meningkat terutama sejak penguatan dolar AS. Dampaknya importer mengalami kerugian yang diprediksi bisa mencapai triliunan rupiah dalam setiap nilai perdagangan dari produk yang dihasilkan.
"Kerugian ini juga membuat kami tidak mudah saat memasarkan barang.Apalagi, konsumen cenderung menahan pembelian barang karena harga-harga naik," ujarnya.
Di sisi lain, tambah dia, peningkatan harga tidak hanya berlaku untuk satu item barang yang dikirim maupun yang didatangkan. Akan tetapi, seluruh produk dan komoditas barang seperti bahan kertas pulp, bahan baku makanan ternak, dan buah. Bahkan, barang elektronik, industri garmen, tekstil, dan baja juga terkena imbas dari penguatan dolar AS.
"Apabila ketidakpastian harga dan nilai tukar rupiah tidak juga membaik maka kami khawatir kenaikan 15 persen saat ini bisa membengkak pada masa mendatang," katanya.
Ia mencontohkan, jumlah biaya pokok untuk satu item kegiatan impor di pelabuhan per hari mencapai Rp100 juta. Biaya itu belum termasuk item seperti "cost insurance freight/CIF" dan lainnya. Hitungan tersebut meningkat menjadi Rp130 juta dari kapal ke gudang.
"Kalau dikalkulasi untuk satu bulan maka total biaya pokok satu item kegiatan impor di pelabuhan (tanpa CIF) mencapai Rp3,9 miliar," ujarnya.
Jika angkanya dinaikkan 15 persen akibat melemahnya rupiah, estimasi dia, terpaksa para importer mengeluarkan dana Rp585 juta per hari atau dalam sebulan biayanya mencapai Rp4,485 miliar.
"Jumlah tersebut hanya tampak dari satu item kegiatan impor. Padahal, sekarang semua produk mengalami kenaikan biaya," ucapnya.
Menanggapi hal itu, Ketua GPEI Jatim, Isdarmawan Asrikan, khawatir, pelemahan rupiah yang meningkatkan biaya ekspor impor hingga 15 persen akan menghentikan kegiatan ekspor-impor di Indonesia menyusul belum ada jaminan kepastian moneter dan finansial di Tanah Air.
"Sementara, tiap hari ada sekitar 3.200 jumlah kontainer yang beraktivitas di pelabuhan," katanya.(*)