Ginsi Berharap Rupiah Menguat Kurang dari Rp10.000
Rabu, 21 Agustus 2013 15:26 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Gabungan Importer Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Timur berharap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat/AS kian menguat di posisi kurang dari Rp10.000 agar kondisi perekonomian nasional semakin membaik.
"Tidak seperti sekarang, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah hingga menyentuh Rp11.000," kata Ketua GINSI Jatim, Bambang Sukadi, di Surabaya, Rabu.
Untuk mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah, ungkap dia, pihaknya bersama sejumlah importer anggota GINSI justru lebih memilih tetap bertahan.
"Lemahnya posisi rupiah hingga melebihi Rp10 ribu mampu mengundang para spekulan. Mereka akan memainkan perannya dalam situasi tak menentu ini," ujarnya.
Bahkan, khawatir dia, para spekulan tersebut semakin memperkeruh keadaan dengan aksi yang mereka lakukan. Salah satunya, dengan berbondong-bondong membeli dolar AS.
"Walau begitu, kami pesimistis dengan upaya Bank Indonesia yang melancarkan aksi gelontor rupiah untuk 'membungkam' kekuatan dolar AS di pasaran," katanya.
Faktor penyebabnya, tambah dia, strategi Bank Indonesia tersebut tidak akan bertahan lama atau hanya bersifat sementara dalam mengendalikan kekuatan nilai tukar mata uang di pasar nasional.
"Kami perkirakan, cara BI itu bertahan antara empat hingga lima bulan saja terhadap kondusifitas impor Indonesia dan cadangan devisa negara," katanya.
Lalu, kata dia, kondisi perekonomian nasional justru akan kembali tidak menentu. Oleh karena itu pihaknya berharap pemerintah mampu mengantisipasi situasi ini yakni dengan aksi jangka panjang.
"Kini harus ada penguatan komoditas ekspor yang memiliki kualitas dan dapat memberikan cadangan dolar lebih banyak. Bila kualitas produk ekspor dalam negeri kuat, tentu bisa mengurangi importasi yang berlebihan terutama kebutuhan bahan baku," katanya.
Situasi tersebut, lanjut dia, karena dominasi 85 persen kebutuhan baku dalam negeri masih didatangkan dari luar negeri sehingga produksi nasional harus ditingkatkan. Di samping itu, melemahnya nilai tukar rupiah akan semakin memperlebar kendala ruang perdagangan barang impor Indonesia.
"Apalagi, aturan importasi yang dibuat semakin menyulitkan masuknya barang luar negeri yang dibutuhkan produsen lokal. Kami tidak ingin diberi fasilitas tapi kemudahan khususnya kepada industri yang sudah puluhan tahun memasok barang impor sebagai bahan baku produksi," katanya.(*)