Jurnalis Kediri Tuntut Pengusutan Kekerasan Pekerja Media
Senin, 17 Juni 2013 22:27 WIB
Kediri (Antara Jatim) - Sejumlah jurnalis dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) serta Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kediri, Jawa Timur, melakukan aksi solidaritas dan menuntut pengusutan kekerasan yang menimpa dua pekerja media.
"Kami mengecam kekerasan yang dilakukan aparat terhadap jurnalis di Jambi dan Ternate. Kami menuntut pengusutan secara tuntas kasus itu," kata koordinator aksi Danu Sukendro ditemui saat melakukan aksi solidaritas di depan Taman Makam Pahlawan (TMP) KOta Kediri, Senin malam.
Aksi solidaritas itu dilakukan oleh anggota AJI dan PWI Kota Kediri. Mereka membawa berbagai macam tulisan yang isinya kecaman tindakan yang dilakukan petugas. Selain membawa tulisan dan selebaran yang diberikan ke para pengguna jalan, mereka juga membawa lilin sebagai simbol semakin memprihatinkannya posisi jurnalis. Mereka sering menjadi korban kekerasan petugas, bahkan hingga korban nyawa.
Danu juga mengatakan meningkatkan kekerasan pada jurnalis di Indonesia termasuk hal yang kontrapoduktif di tengah iklim kebebasan pers yang bergulir sejak era roformasi. Ironisnya, proses hukum pada pelaku kekerasan tidak pernah jelas, khususnya jika petugas atau aparat.
Pihaknya menyebut, kasus kekerasan yang terakhir terjadi pada Nugroho Anton, jurnais dari Trans7 yang terkena serpihan gas air mata saat meliput aksi penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Jambi dan Roby Kelery, fotografer di Ternate yang terkena peluru karet di paha sebelah kiri saat meiput aksi unjuk rasa serupa.
"Yang memprihatinkan, saat itu Kapolri mengaku belum mendapatkan pemberitahuan resmi dari Kapolda terkait hal itu (kekerasan yang terjadi pada jurnalis)," ucapnya.
Selain mengecam sikap petugas, jurnalis juga meminta Kapolri bertanggungjawab dan mundur dari jabatannya, karena kurang responsif terhadap kasus yang menimpa jurnalis.
Pihaknya terus mengimbau perusahaan media memberikan perlindungan jurnalis terutama saat meliput dalam kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerusuhan seperti unjuk rasa ataupun di daerah konflik. Hal itu penting, mengingat mereka rawan menjadi korban.
"Kami juga mendesak aparat memberikan perlindungan kepada jurnalis yang sedang bertugas," ucapnya. (*)