Temuan Uang Palsu di BI Kediri Meningkat
Rabu, 5 Juni 2013 14:49 WIB
Madiun (Antara Jatim) - Temuan uang palsu yang diterima Kantor Bank Indonesia (KBI) Kediri dari peredaran di wilayah eks-Keresidenan Madiun dan Kediri, Jatim, selama triwulan pertama 2013 meningkat 60,63 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Kepala Perwakilan BI Kediri, Matsisno mengatakan, temuan uang palsu yang diterima BI Kediri sejak Januari hingga Maret 2013 mencapai Rp134,9 juta atau sebanyak 2.106 lembar uang dengan berbagai pecahan nominal.
"Dari jumlah tersebut, terbanyak adalah pecahan uang Rp100 ribu yang mencapai Rp114 juta atau sebanyak 1.140 lembar. Uang palsu tersebut merupakan uang yang diterima BI Kediri untuk dimintai klarifikasi tentang keasliannya," ujar Matsisno kepada wartawan di Madiun, Rabu.
Pihaknya merinci lagi, dari jumlah uang palsu tersebut, pecahan uang Rp50 ribu mencapai Rp19,8 juta atau sebanyak 397 lembar, dan pecahan uang di bawah Rp20 ribu mencapai Rp240 ribu atau sebanyak 21 lembar.
Matsisno menilai peningkatan temuan uang palsu yang beredar di pasaran tersebut dipengaruhui oleh beberapa faktor. Di antaranya karena faktor ekonomi dan juga politik.
"Bisnis uang palsu itu sangat menguntungkan. Keuntungannya bisa mencapai dua hingga empat kali lipat. Sedangkan faktor politik disebabkan karena digelarnya pilkada suatu daerah tertentu walaupun persentase peredarannya kecil," terangnya.
Lebih lanjut ia menambahkan, hampir setiap hari di Kantor BI Perwakilan Kediri menerima puluhan lembar uang dari perorangan maupun instansi untuk dimintai klarifikasi keasliannya. Jumlah tersebut belum termasuk uang palsu yang ditemukan oleh kepolisian.
"Dengan demikian, peredaran uang palsu di pasaran dipastikan lebih besar lagi dari jumlah nominal yang diterima BI," tambahnya.
Pihaknya mengakui, semakin canggih teknologi yang dibuat pemerintah untuk memperbarui sistim keamanan di mata uang Indonesia, maka para pengedar pun juga mempunyai banyak cara untuk mencetak uang palsu.
Untuk menekan peredaran uang palsu, pihaknya terus melakukan sosialisasi tentang penerapan dan pengawasan uang palsu di masyarakat dengan mengkampanyekan 3D, yakni dilihat, diraba, dan diterawang.
"Sosialisasi cara membedakan uang asli atau palsu terus kami lakukan di dearah-daerah yang ditengarai menjadi sasaran peredaran uang palsu. Seperti yang dilakukan di Pacitan dan juga wilayah kerja BI Kediri lainnya," tuturnya.(*)