Surabaya (Antara Jatim) - Kepolisian Resor Pelabuhan Tanjung Perak membentuk tim penyelidikan untuk mengantisipasi penimbunan solar di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), terkait rencana kenaikan harga dan pembatasan bahan bakar minyak bersubsidi. "Kami menerjunkan tim untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi, terutama penimbunan solar yang bisa saja dimainkan oknum," ujar Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Anom Wibowo di Surabaya, Kamis. Menurut dia, momentum kenaikan harga BBM bukan tidak mungkin dimanfaatkan oleh pihak atau oknum tertentu untuk mendapatkan sebuah keuntungan. Salah satu caranya dengan menimbun dan mengeluarkan BBM ketika harga sudah naik. Pihaknya bahkan mengancam akan melakukan tindakan tegas jika tim penyelidik menemukan adanya pengusaha atau oknum yang nekat bermain dan memanfaatkan momentum kenaikan harga BBM. "Silahkan saja jika ingin mempermainkan. Tapi jika ketahuan, jangan salahkan polisi karena pasti menindaknya tegas. Kami tidak peduli meski nantinya melibatkan pengusaha atau siapapun, karena polisi tidak pandang bulu dalam bekerja demi penegakan hukum," ucapnya, menegaskan. Sedangkan, tentang antrean yang terjadi beberapa hari di kawasan Tanjung Perak, mantan Kasatreskrim Polrestabes Surabaya tersebut telah menyiagakan personelnya untuk ditempatkan di sejumlah SPBU. Tujuanya, agar pengantre dan kendaraan tetap dalam koridor demi ketertiban dan kenyamanan. Pelabuhan Tanjung Perak merupakan pintu masuk perdagangan untuk ke luar daerah, khususnya Kawasan Timur Indonesia, sehingga jalur tersebut merupakan kawasan lalu lintas bagi truk-truk yang melakukan bongkar muat barang. "Jika kelangkaan BBM terjadi maka dipastikan terjadi antrean cukup panjang. Imbasnya, tentu menimbulkan kemacetan luar biasa," kata mantan Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Jatim tersebut. Di samping itu, adanya pembatasan BBM bersubsidi, khususnya jenis solar membuat antrean truk di sejumlah SPBU hampir setiap hari terlihat mengular. Akibatnya, aktivitas bongkar muat truk-truk dari Organda terhambat dan menyebabkan kerugian yang mencapai Rp2-3 miliar setiap harinya. "Dampak keterhambatan pengisian BBM berimbas pada nilai pendapatan. Organda mengalami kerugian Rp2-3 miliar per hari. Belum lagi industri-industri yang ada di Jawa Timur," ujar Ketua Organda Tanjung Perak Surabaya Cody Lamahayu. Sementara itu, PT Pertamina menjanjikan dalam waktu dekat kondisi SPBU di kawasan Tanjung Perak akan kembali normal karena termasuk jalur perdagangan, sehingga menjadi prioritas penambahan kuota. "Kami akan memprioritaskan SPBU-SPBU di wilayah jalur perdagangan. Kami setiap hari juga melakukan evaluasi-evaluasi agar bisa menambah kuota," kata Asisstant Manager External Relation Marketing Operation PT Pertamina (Persero) Region V, Eviyanti Rofraida.(*)
Polres Pelabuhan Bentuk Tim Antisipasi Penimbunan Solar
Kamis, 25 April 2013 16:03 WIB