Gusdurian Jatim Bantah Terlibat Bentrok di Pamekasan
Rabu, 24 April 2013 16:46 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Jaringan Gusdurian Jawa Timur membantah terlibat bentrok antara kelompok pengunjuk rasa dengan pendukung Anas Urbaningrum saat pelantikan Bupati Pamekasan, Jawa Timur pada 22 April lalu.
"Kami telah melakukan verifikasi, ternyata kelompok yang bentrok tersebut bukan dari komunitas GUSDURian yang selama ini berafiliasi ke Jaringan GUSDURian dengan imam Ibu Alissa Wahid," kata aktivis/pegiat Jaringan Gusdurian Jawa Timur, Aan Anshori, di Surabaya, Rabu.
Meski setiap orang/kelompok berhak menyebut dirinya GUSDURian, katanya, namun Jaringan GUSDURian (JGD) dibawah imam Ibu Alissa Wahid telah terbentuk di Jatim sejaka dua tahun lalu.
"JGD tersebar di seluruh propinsi di Jawa dan Sumatra. Kami berjuang untuk melestarikan gagasan Gus Dur yang bertumpu pada sembilan nilai dasar, yakni ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, keksatriaan, dan kearifan lokal,"
Oleh karena itu, JGD menolak penggunaan kekerasan, karena itu pihaknya menyesalkan dan prihatin atas terjadinya bentrokan pada acara tersebut. "Salah satu prinsip utama yang dipegang teguh dalam perjuangan kami adalah antikekerasan. Kami menolak setiap aksi kekerasan dalam menyelesaikan persoalan, dengan cara antikekerasan," katanya.
Dalam konteks Pamekasan, katanya, pihaknya berpandangan bahwa bupati dan wakil bupati terpilih berkewajiban untuk memberikan pengayoman yang sama terhadap seluruh kelompok yang ada di sana. "Lebih-lebih kepada kelompok minoritas dalam hal agama/keyakinan, etnis, dan gender," katanya.
Pada Senin (22/4), kelompok Gusdurian memang menggelar kegiatan unjuk rasa, namun sebatas seruan moral dan perlunya melakukan kontrak politik bagi para pejabat pemerintahan dan politikus Pamekasan demi masa depan yang lebih baik dan digelar di area Monumen Arek Lancor.
Setelah itu, aksi dilanjutkan ke Taman Makam Pahlawan di Jalan Raya Panglegur Pamekasan. Dalam kesempatan itu, Gusdurian juga menyatakan siap bekerja sama dengan pemerintah dalam berupaya membangun tatanan masyarakat yang plural, menghargai perbedaan pendapat dan meciptakan ruang dialog sebagai salah satu tradisi dalam menyelesaikan permasalahan umat.
"Ada tiga hal penting yang kami sampaikan dalam aksi yang digelar di Pamekasan itu," kata Sekretaris Gusdurian Madura, Mihtahul Kamil.
Pihaknya meminta pemerintah menciptakan keberagamaan dan toleransi demi terciptanya sikap saling menghargai antarkelompok agama dan aliran. Tujuannya agar terbangun stabilitas nasional.
"Kedua, kami siap mengadakan pendampingan di kalangan pemuda, siswa, dan masyarakat terkait pendidikan keagamaan, dan sosialisasi nilai-nilai keislaman demi terwujudnya visi misi Kabupaten Pamekasan yang bertata nilai Islami," katanya.
Ketiga, Gusdurian meminta agar Pemkab Pamekasan melakukan penertiban sejumlah tempat yang disinyalir untuk maksiat.
Pada bagian lain, Gusdurian juga menyampaikan pernyataan politik terhadap bakal calon Gubernur Jatim Soekarwo yang berisi permintaan kepada yang bersangkutan agar mengundurkan diri dari jabatannya sebelum mendaftarkan sebagai calon Gubernur Jatim. (*)