Warga Madiun Mulai Antre Untuk Dapatkan Solar
Kamis, 11 April 2013 18:26 WIB
Madiun (Antara Jatim) - Warga di Madiun mulai antre untuk mendapatkan BBM bersubsidi jenis solar, seperti yang terlihat di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Desa Sangen, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Kamis.
Puluhan kendaraan truk, bus, dan mobil pribadi antre hingga ke luar area SPBU, bahkan sampai di Jalan Raya Madiun-Ponorogo.
Banyak juga pengendara sepeda motor yang membawa jerigen antre panjang mencapai lebih dari satu kilometer.
Pengelola SPBU setempat, Bekti, mengatakan, antrean pembelian solar ini terjadi pada beberapa hari terakhir sejak pasokan dari Pertamina dibatasi. Pengiriman juga ditentukan jadwalnya dan tidak bisa dilakukan setiap hari.
"Sebelumnya, pesanan solar dari Pertamina dilayani setiap hari. Namun, sudah dua minggu ini dibatasi, pengiriman hanya dua kali seminggu," ujar Bekti kepada wartawan.
Tak hanya pengendara mobil, para petani juga ikut antre membeli solar yang mulai terbatas kuotanya. Para petani mencari solar untuk digunakan sebagai bahan bakar mesin traktornya.
Petani asal Desa Kaibon, Geger, Triyono, mengatakan, saat ini petani mulai mempersiapkan lahan untuk musim tanam kemarau pertama. Sehingga sangat membutuhkan solar untuk menjalankan traktor.
"Setiap hari harus mencari solar yang akhir-akhir ini sulit didapat. Kadang-kadang harus mencari hingga tiga SPBU baru dapat. Kalaupun dapat, jumlahnya dijatah," ungkap dia.
Seperti di SPBU Sangen, setiap petani dijatah solar sebesar Rp100.000. Sedangkan di SPBU lainnya ada yang dijatah hanya 10 liter solar saja.
Pengemudi bus, Warsito, juga mengaku dirugikan akibat solar sulit dicari. Sebab waktunya habis digunakan untuk antre solar dari pada untuk mencari penumpang.
"Kalau seperti ini terus, lama-lama angkutan bus bisa tidak beroperasi karena tidak mendapatkan bahan bakar dan juga tidak mendapatkan penumpang," kata Warsito.
Pihaknya mengaku tidak tahu pasti mengapa solar sulit didapatkan akhir-akhir ini. Ia berharap agar instansi terkait memberikan sosialisasi dan jalan keluar dari permasalahan tersebut.
"Jika memang ada pembatasan, itu berlaku bagi siapa dan berapa batasannya. Hal ini penting agar tidak ada yang merasa dirugikan," kata dia. (*)