Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memaparkan program pendidikan unggulan pada tim juri penghargaan anugerah Dwija Praja Nugraha (DPN) Tahun 2025 dari Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Ia memaparkan sejumlah program yang menunjang peningkatan SDM, pendidikan, dan kesejahteraan guru di Kota Surabaya.
"Dalam hal pendidikan Surabaya menuju menjadi kota kelas dunia. Maka dari itu, saat ini kota ini menjadi bagian dari World Health Organization (WHO) dan satu-satunya kota di Indonesia yang menjadi Kota Layak Anak (KLA) dan mendapatkan sertifikasi UNICEF," katanya di Surabaya, Kamis.
Ia mengatakan, pendidikan itu penting bagi perkembangan Kota Surabaya ke depannya karena tanpa ada sumber daya manusia yang bagus, maka itu akan menjadi sia-sia.
"Maka dari itulah kolaborasi seorang guru dan tenaga pendidik itu sangat dibutuhkan untuk mewujudkan anak-anak yang memiliki akhlak bagus dan cinta NKRI," ucapnya.
Ia menyampaikan, pemerintah kota (pemkot) juga berkomitmen untuk menyiapkan 20 persen dari anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) untuk pendidikan di Kota Pahlawan.
Dari segi SDM, kata dia, Pemkot Surabaya sudah menyiapkan sejak generasi penerus masih ada di dalam kandungan. Salah satunya memberikan gizi yang cukup bagi ibu hamil dan menyusui agar anak-anak di Kota Surabaya terhindar dari stunting.
"Karena pendidikan ini berkaitan dengan stunting, kalau anaknya sudah stunting, maka cara berpikirnya kurang cerdas atau tidak baik," ujarnya.
Kunjungan kali ini turut dihadiri oleh Tim Juri Verifikasi Anugerah DPN, Prof Masduki, Ketua PGRI Provinsi Jawa Timur Djoko Adi Walujo, Ketua PGRI Surabaya Agnes Warsiati, Kepala Dispendik Surabaya, Yusuf Masruh, serta jajaran Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Kota Surabaya. .
"Nah, tahun ini PGRI Surabaya dan PGRI Jatim mengusulkan Pak Wali menjadi salah seorang yang dari sekian kali diusulkan. Beliau bukan hanya membangun gedung, bukan hanya membangun infrastruktur pendidikan, tetapi juga membangun semangat dan kesejahteraan para guru,” kata Masduki.
