Bojonegoro - Kepala Dinas Pendapatan Daerah Bojonegoro Herry Sudjarwo, Rabu, mengatakan, pemanfaatan dana migas sebesar Rp232 miliar lebih di dalam APBD Perubahan 2012, beresiko gagal bayar. "Resiko gagal bayar belanja pembangunan bisa terjadi, kalau perolehan dana migas Rp232 miliar lebih tidak tercapai akibat pengaruh turunnya harga minyak dunia," katanya, Rabu. Ia menjelaskan, pemanfaatan dana migas di dalam APBD 2012, mencapai Rp222 miliar lebih sesuai Penetapan Menteri Keuangan No. 08/PMK.07/2012 tertanggal 13 Januari 2012. Namun, lanjutnya, di dalam APBD Perubahan pemanfaatan dana migas dinaikkan menjadi Rp232 miliar lebih, dengan memperhitungkan proyeksi perolehan dana bagi hasil migas yang dilakukan di Jakarta beberapa waktu lalu. Menurut dia, pengalokasian dana bagi hasil migas di dalam APBD Perubahan 2012 itu, mengacu APBD 2011 yang semula hanya Rp172 miliar, namun di dalam APBD Perubahan naik menjadi Rp220 miliar. "Ketika itu perolehan dana bagi hasil migas bisa tercapai, sebab harga minyak dunia bagus," ujarnya. Tapi, lanjutnya, pengalokasian dana migas di dalam APBD Perubahan 2012 ini bisa tidak tercapai, kalau melihat harga minyak dunia sekarang menunjukkan kecenderungan turun dibawah 100 dolar Amerika Serikat per barel. Melihat kondisi yang ada ia meminta, berbagai pihak memperhitungkan kemungkinan gagal bayar dalam pemanfaatan dana migas di dalam APBD Perubahan yang dinaikkan menjadi Rp232 miliar lebih itu. "Kejadian gagal bayar pernah terjadi pada 2009 yang disebabkan pengaruh turunnya harga minyak dunia, jadi sekarang semuanya harus siap kemungkinan terjadi gagal bayar," katanya, menegaskan. Lebih lanjut ia menjelaskan, dana bagi hasil migas triwulan I dan II yang sudah diterima untuk minyak sebesar Rp83 miliar lebih dan gas Rp1,2 miliar lebih. "Penyaluran sisanya dilakukan setelah perhitungan produksi minyak terjual, pada 6 Juli di Solo Jateng," jelasnya. Ia menyebutkan, Menteri Keuangan menetapkan produksi minyak siap jual Bojonegoro, pada 2012 sebesar 24.298.410 barel dan gas sebesar 12.590.820 kaki kubik. Produksi itu, lanjutnya, berasal dari sejumlah lapangan migas, di antaranya lapangan minyak Sukowati, Blok Cepu, Unitisasi Pertamina dan lapangan sumur minyak tua. (*).

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012