Malang - Radio Republik Indonesia dengan Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA meluncurkan program pembentukan karakter bangsa di Gedung Rektorat Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, Minggu sore.
Direktur Layanan dan Pengembangan Usaha LPP RRI, Hasto Kuncoro, menjelaskan bahwa program ini dibentuk agar masyarakat, khususnya di dunia pendidikan ,segera tergerak melakukan aksi-aksi nyata dan mengimplementasikan bahwa pembangunan karakter bangsa menjadi tanggung jawab bersama.
"Kita semua harus segera melakukan aksi nyata untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa karakter bangsa menjadi tanggung jawab bersama yang sangat penting," ujarnya ketika ditemui setelah peluncuran program itu di Universitas Brawijaya Malang.
Pembentukan karakter bangsa dibangun dan dikuatkan kembali untuk memperkuat semangat nasionalisme. Menurut dia, pendidikan karakter bangsa harus dimulai sejak usia dini dan selalu ada di setiap jenjang pendidikan.
"Pendidikan semacam ini harus sejak taman kanak-kanak, kemudian pendidikan dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Tujuannya, untuk membentuk masyarakat yang mengerti dan memahami bahwa Indonesia memiliki Pancasila," tukasnya.
Karena itulah, program ini akan dimulai dan dilaksanakan ke semua perguruan tinggi di Indonesia. Kerja sama RRI dengan ANTARA akan berjalan di semua kota dan dimulai dari Universitas Brawijaya Malang.
"Ini peluncuran awal yang implementasinya akan ada di setiap kota. Itulah pentingnya RRI dan LKBN ANTARA selalu bergandengan dan diharapkan virusnya menular ke semua kota. Selain itu juga menjadi media pelopor membangun karakter bangsa untuk mengingatkan kepada masyarakat tentang pembentukan karakter bangsa," ucap Hasto.
Hal senada dikatakan Direktur Utama LKBN ANTARA Ahmad Mukhlis Yusuf. Ia mengatakan, kerja sama merupakan pengaturan agenda untuk membangun karakter bangsa yang berkesinambungan.
"Disini media menjadi pendulum, mau dibawa kemana karakter masyarakat untuk bangsanya. Apakah membawa kebaikan atau justru semakin merusaknya," kata Mukhlis.
RRI dan LKBN ANTARA, lanjut dia, tidak bebas memberikan nilai, melainkan mampu memberikan sebuah pencerahan dan alternatif tentang informasi yang mendorong semangat nasionalisme, serta menciptakan kecintaan kepada negeri.
Tentang pembentukan karakter bangsa, ia menjelaskan bahwa saat ini masalahnya bukan ada atau tidaknya Pancasila, namun pada operasionalisasi serta metode.
Menurut dia, model kepemimpinan setiap orang akan mengalami peningkatan dalam menciptakan Pancasila dalam sebuah perilaku.
"Dengan demikian maka akan lahir seorang pemimpin di level pribadi, keluarga, organisasi publik atau masyarakat dan pemimpin bangsa. Nantinya juga akan muncul sebuah kekuatan jumlah massa besar yang pada titik tertentu akan menjadi sebuah gelombang," paparnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012