Bulan April seolah menjadi bulan "sakral" bagi kaum perempuan di Tanah Air. Banyak kegiatan dan acara digelar untuk mengenang pahlawan emansipasi, RA Kartini, yang memperjuangkan hak-hak perempuan agar bisa lebih cerdas dan mampu membangun karakter pribadi yang kuat. Pada zamannya, R.A Kartini berjuang melalui tulisan agar kaum perempuan mempunyai ruang gerak yang lebih leluasa, tidak terbelenggu oleh adat dan tradisi, dimana perempuan hanya tahu urusan dapur, sumur dan kasur saja. Kini, eranya sudah melesat jauh, perempuan tidak hanya sekedar mampu melakukan hal-hal (pekerjaan) rumah tangga, tapi juga sudah dituntut mengenal teknologi canggih untuk mengiringi dan mendampingi tumbuh kembang anak-anaknya. Perempuan masa kini tidak sedikit yang bekerja di luar rumah untuk membantu menegakkan keuangan (perekonomian) rumah tangga, bahkan berkarier melampaui kemampuan dan apa yang telah dicapai kaum laki-laki sebelumnya. Kemajuan pemikiran kaum perempuan tak lepas dari kerja keras R.A Kartini yang hingga kini masih menjadi inspirasi sekaligus pendorong bagi perempuan bisa berjalan beriringan dengan kaum laki-laki. Namun demikian, perempuan tetaplah perempuan, yang tetap memiliki tanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan serta pendidikan anak-anaknya. Bahkan, ada pepatah "Perempuan bisa menjadi salah satu tolok ukur karakter bangsa karena karakter itu akan menjadi identitas bangsa". Secara tradisional, perempuan juga memiliki status sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya, sehingga tak elok jika perempuan hanya mementingkan karier tanpa mau tahu perkembangan anak-anaknya. Dus, perempuan yang sukses adalah perempuan yang sukses (karier) dan anaknya juga sukses (berpendidikan), sedangkan perempuan tidak dapat dikatakan sukses bila dirinya sukses tapi anaknya tidak sukses, seperti kecanduan narkoba, terlibat kriminalitas, dan kegagalan lainnya. Memang tidak mudah menjadi Kartini masa kini yang tangguh, yang sukses dalam pekerjaannya dan sukses dalam menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri, ibu sekaligus pendidik utama bagi anak-anaknya. Namun, kita sebagai perempuan tidak boleh menyerah, apalagi sampai putus asa. Sebagai penerus perjuangan R.A Kartini harus tahan banting untuk melanjutkan cita-cita pahlawan yang dilahirkan di Jepara, Jawa Tengah 21 April 1879 itu dan berjuang untuk mencerdaskan kaum perempuan yang sampai saat ini masih banyak yang tidak bisa baca tulis. Tidak hanya di pelosok desa saja, banyak kaum perempuan di perkotaan, termasuk di Kota Malang yang hingga kini masih tidak bisa baca tulis dan berhitung. Kartini-kartini masa kini inilah yang wajib menuntun mereka, paling tidak bisa mengenal huruf dan angka serta merangkai kalimat sederhana. Kelompok inilah yang seharusnya menjadi perhatian kita semua. Sudah seabad lebih R.A Kartini mengajari kaum perempuan agar bisa menulis dan membaca, tapi ternyata sekarang masih ada perempuan yang tidak mengenal huruf maupun angka, tidak hanya perempuan berusia lanjut, tapi juga ada yang masih berusia di bawah 40 tahun. Tidak mudah memang untuk mengajari mereka menulis dan membaca, apalagi melalui kelompok belajar (kejar) paket A (pemula). Tapi, kita harus berusaha keras "merayu" mereka agar mau belajar. Inilah tugas kita, bagaimana kita memperjuangkan cita-cita R.A Kartini. R.A Kartini masa kini yang tangguh, ulet dan tak kenal lelah memperjuangkan hak-hak kaum perempuan, tanpa harus meninggalkan kewajiban dan kodrat sebagai perempuan. (*) (endang_mlg@yahoo.com)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012