Jakarta (ANTARA) - Dari sebelas timnas sepak bola di Asia Tenggara saat ini, hanya Myanmar yang dilatih oleh warga sendiri. Sepuluh tim lainnya ditangani oleh pelatih asing, yang masing-masing tiga dari Korea Selatan dan Jepang, dua dari Spanyol, masing-masing satu dari Brazil dan Chile.
Lima negara asal kesepuluh pelatih asing itu memiliki tradisi dan identitas sepak bola yang kuat yang sedikit banyak mempengaruhi pendekatan mereka dalam menangani timnas-timnas di Asia Tenggara itu.
Tiga orang yang berasal dari Korea Selatan adalah Shin Tae-yong yang melatih Indonesia, Kim Sang-sik yang mengasuh Vietnam, dan Ha Hyeok-jun yang menukangi Laos. Sedangkan tiga pelatih asal Jepang adalah Masatada Ishii yang membina Thailand, Koji Gyotoku bersama Kamboja, dan Tsutomu Ogura untuk Singapura.
Dua pelatih asal Spanyol adalah Pau Marti yang membesut Malaysia dan Albert Capellas yang mengotaki timnas Filipina.
Brunei dan Timor Leste berkiblat ke Amerika Latin dengan memilih diarsiteki masing-masing oleh Vinicius Soares Eutropio dari Brazil, dan Simon Elissetche dari Chile, yang lama terlibat dalam sepak bola Indonesia.
Dari kesepuluh orang itu hanya pelatih Indonesia, Thailand dan Vietnam yang memiliki latar belakang pemain sepak bola profesional yang kuat, sedangkan pelatih Singapura, Malaysia, Laos, dan Filipina tak memiliki rekam jejak yang kuat sebagai pemain profesional.
Berpengalaman sebagai pemain profesional acap membantu sebuah timnas dalam berbagai turnamen, termasuk Piala Dunia dan Piala Asia.
Seluruh pelatih yang menjuarai Piala Dunia FIFA, kecuali Juan Lopez yang mengantarkan Uruguay menjuarai Piala Dunia 1950, memiliki latar belakang pemain profesional.
Demikian pula dalam Piala Asia. Para juara dalam tiga belas edisi terakhir Piala Asia, ditangani oleh pelatih berlatar belakang pemain profesional, kecuali Felix Sanchez yang mengantarkan Qatar juara Piala Asia 2019.
Berpengalaman sebagai pemain acap membantu pelatih dalam membuat pendekatan yang efektif dalam bagaimana sebuah timnas memainkan sepak bola.
Dari semua parameter itu Shin Tae-yong ternyata merupakan pelatih dengan reputasi paling lengkap, baik sebagai pemain maupun pelatih.
Terbaik sepanjang masa
Shin bermain untuk Seongnam Illwa Chumma di liga elite Korea Selatan, selama 12 musim. Dia mencetak total 99 gol dan 68 assist dari 401 pertandingan liga Korea dan Piala Liga Korea, guna membawa Seongnam menjuarai liga tiga kali berturut-turut dari 1993 sampai 1995.
Pencapaiannya itu membuat Shin sering dianggap salah satu pemain liga Korea Selatan terbaik sepanjang masa.
Shin juga pernah memperkuat timnas Korea Selatan, termasuk negaranya finis dalam perempat final Piala Asia 1996. Tapi dia tak pernah merasakan atmosfer putaran final Piala Dunia.
Dia pensiun pada September 2005 karena cedera pergelangan kaki yang berkepanjangan. Tapi tiga tahun kemudian dia melatih Seongnam selama empat musim, sebelum menjadi caretaker pelatih timnas Korea Selatan pada 2014, sampai menggantikan Uli Stielike sebagai pelatih timnas Korea Selatan pada 2017.
Shin sukses mengantarkan Korea Selatan ke putaran final Piala Dunia 2018, ketika di sana Korea Selatan menumbangkan Jerman 2-0, tapi takluk kepada Swedia dan Meksiko.
Pelatih tim Asia Tenggara yang bereputasi paling mendekati Shin adalah Kim Sang-sik yang mengarsiteki timnas Vietnam, yang juga mantan pemain profesional dan timnas Korea Selatan.
Sama seperti Shin, Kim adalah jebolan Seongnam yang tiga kali membawa tim ini menjuarai liga Korea Selatan pada 2001, 2002, dan 2006.
Tak seperti Shin, Kim pernah bermain dalam putaran final Piala Dunia, pada Piala Dunia 2006, dan membantu Korea Selatan mencapai semifinal Piala Asia 2007.
Kim pensiun sebagai pemain pada November 2013 dan setahun kemudian beralih profesi menjadi pelatih, tapi tak pernah menangani timnas Korea Selatan seperti dilakukan Shin Tae-yong.
Dia lama melatih Jeonbuk Hyundai Motors, termasuk menjadi pelatih kepala dari 2020 sampai 2023, sebelum direkrut Vietnam sebagai pelatih timnas negara ini.
Pelatih lain yang memiliki resume bagus adalah Masatada Ishii yang menukangi Thailand.
Meski tak memiliki karier bermain secemerlang Shin Tae-yong, Masatada adalah pelatih sepak bola yang disegani di Thailand, khususnya setelah mempersembahkan treble kepada Buriram United di Liga Thailand, pada 2022 dan 2023.
Prestasi Masatada itu membuat federasi sepak bola Thailand meliriknya untuk menggantikan Alexandre Polking. Sayang, dia gagal meloloskan Thailand ke babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Lima laga terakhir
Ketiga pelatih itu bisa dibilang paling menonjol di antara semua pelatih timnas di Asia Tenggara yang kini tengah mengikuti Piala AFF 2024.
Jika melihat performa mereka pada Kualifikasi Piala Dunia 2026, Shin Tae-yong adalah yang terbaik. Tetapi jika melihat lima pertandingan terakhir semua tim Asia Tenggara itu, maka Thailand adalah yang terbaik karena tak terkalahkan dalam lima laga, yang tiga di antaranya mereka menangkan.
Thailand juga tim paling produktif dengan 16 gol, dan paling ketat menjaga pertahanan karena cuma tiga kali kebobolan.
Di bawah Thailand ada Malaysia yang baru sekali kalah, tapi memenangkan dua pertandingan dan dua kali seri.
Indonesia ada di bawah kedua tim itu, setelah menang dua kali dari Arab Saudi dan Myanmar, dua kali kalah dari China dan Jepang, dan sekali seri melawan Laos yang secara mengejutkan mengimbangi Indonesia 3-3 di kandangnya dalam fase grup Piala AFF.
Seri melawan Laos, menjadi catatan kritis bagi Shin Tae-yong, terutama dalam bagaimana dia memoles lagi organisasi permainan dan mental pemain, yang harus dilakukan mengingat lawan-lawan Garuda berikutnya tergolong lebih berat, termasuk Vietnam pada 15 Desember.
Ini akan menjadi tantangan menarik bagi Shin Tae-yong, yang memiliki resume paling menarik di antara sebelas pelatih timnas di Asia Tenggara.
Yang juga menarik untuk dilihat adalah cara Masatada Ishii meneruskan tren positif Thailand dalam lima pertandingan terakhir, apalagi Thailand selalu menang dari tim-tim Asia Tenggara dalam setahun terakhir sejak kalah 0-1 dari Malaysia pada 7 Januari 2023.
Malaysia sendiri menjadi satu-satunya tim Asia Tenggara yang membuat Thailand menelan tiga kekalahan dalam delapan terakhir.
Oleh karena itu, bagaimana Pau Marti menjaga Malaysia tetap relatif positif juga menarik untuk dilihat, apalagi bersama Ha Hyeok-jun yang menangani Laos, adalah pelatih-pelatih yang tak berpengalaman sebagai pemain profesional.
Kualitas Ha Hyeok-jun sendiri cukup menarik untuk diamati karena membawa Laos mengimbangi Indonesia 3-3 dan Thailand 1-1 dalam dua laga tandang. Tapi Laos dibantai 1-4 oleh Vietnam justru dalam laga kandang.
Sebaliknya, sepak terjang Kim Sang-sik juga menarik untuk dicermati, apalagi dia membuat Vietnam bangkit kala membantai Laos setelah tiga kalah dalam lima pertandingan terakhir.
Melihat reputasi para pelatih timnas sepak bola di Asia Tenggara
Oleh Jafar M Sidik Sabtu, 14 Desember 2024 13:45 WIB