Ahli klimatologi Universitas Bojonegoro (Unigoro), Dr. Heri Mulyanti, S.Si., M.Sc., meminta masyarakat yang ada di wilayah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur untuk mewaspadai potensi bencana akibat perubahan iklim serta cuaca atau meteorologi, seiring meningkatnya curah hujan seperti saat ini.
"Masyarakat harus mewaspadai potensi bencana alam, melihat curah hujan tinggi dan kondisi wilayah di Bojonegoro," kata Heri Mulyanti, di Bojonegoro, Jawa Timur, Selasa.
Mulyanti menyebutkan, sejumlah bencana alam yang berpotensi di wilayah Bojonegoro sisi utara dan selatan antara lain adalah banjir luapan, banjir bandang, longsor, dan angin kencang. Sisi utara tersebut, berada dekat dengan aliran Sungai Bengawan Solo yang berpotensi terjadi banjir luapan.
Sedangkan sisi selatan, menurut dia, wilayahnya dekat dengan hutan, sehingga memiliki potensi terjadinya banjir bandang dan tanah longsor, serta angin kencang. Potensi bencana seperti itu, harus diwaspadai masyarakat saat musim hujan seperti saat ini.
Menurutnya, wilayah Kabupaten Bojonegoro juga berpotensi terjadi bencana angin kencang disertai petir akibat pertumbuhan awan cumulonimbus, angin monsun dari utara dan adanya gelombang Madden Julian Oscillation (MJO).
Masyarakat yang tinggal di dekat aliran sungai Bengawan Solo, lanjut Mulyanti, harus mewaspadai potensi banjir luapan, sementara di wilayah selatan, waspada terhadap banjir bandang dan tanah longsor.
"Untuk itu warga harus memperhatikan siklus hujan, jika turun seminggu dua atau tiga hari saja tidak masalah. Tapi jika hujan deras tujuh hari berturut-turut harus mulai waspada," ungkap Mulyanti.
Ia menambahkan, dengan intensitas hujan tinggi selama beberapa hari tersebut, akan membuat penyerapan air dalam tanah kurang optimal, terutama pada area yang mengalami deforestasi.
Bencana alam akibat perubahan iklim serta cuaca atau meteorologi tersebut, lanjutnya, juga dapat dikaitkan dengan aktivitas manusia.
Salah satu hal yang menjadi perhatian adalah berdirinya bangunan-bangunan di daerah aliran sungai (DAS) maupun kawasan hutan pada lereng-lereng curam yang melanggar aturan dan berpotensi menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor.
"Jika tidak ada antisipasi dari masyarakat dan pemerintah, bisa memicu bahaya yang lebih besar," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024