Dosen prodi teknik sipil Universitas Bojonegoro (Unigoro), Musthofa, ST., MT., menciptakan alat filtrasi air hujan yang bisa dikonversi menjadi air siap minum, dan diharapkan bisa bermanfaat bagi masyarakat untuk mengatasi masalah krisis air bersih.

"Alat filtrasi air hujan menjadi air minum ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, terutama untuk mengatasi masalah krisis air bersih," kata Musthofa di Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat.

Musthofa mengatakan, inovasi ini merupakan bagian dari Penelitian Dosen Pemula (PDP) 2024 yang berjudul sistem pengolahan air hujan menjadi air siap minum berbasis sensor PIR (HC-SR501) dan Arduino Uno.

Program tersebut didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) melalui Pendanaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2024.

Setelah mengamati fenomena krisis air bersih yang sering terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Bojonegoro ketika musim kemarau tiba, ia bersama rekannya Ir. Yulia Indriani, ST., MT., menggagas Sistem Pemanenan Air Hujan (SPAH) menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

"Namun air hujan yang ditampung harus diolah terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.

Air hujan, lanjut Musthofa, mengandung banyak zat organik, zat asam, zat garam, dan sebagainya. Air tersebut, mengandung bakteri coliform.

"Untuk merakit alat filtrasi air berbasis sensor PIR (HC-SR501) dan Arduino Uno tidak membutuhkan waktu yang lama," ungkapnya.

Cara kerja filter ini adalah air hujan yang ditampung dialirkan menuju mesin filtrasi melewati tabung yang berisi komponen karbon aktif, pasir silika, dan pasir ziolit. Kemudian air dialirkan lagi melewati filter membran dan sinar ultraviolet.

"Ditahap akhir, air hujan yang sudah difiltrasi ini siap diminum. Alat filtrasi air ini perlu disempurnakan lagi," katanya.

Pewarta: Muhammad Yazid

Editor : Vicki Febrianto


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024