Universitas Brawijaya (UB) menjalin kerja sama dengan Wageningen University of Research (WUR) Belanda dalam bidang penelitian pertanian berkelanjutan melalui The Global Network of Lighthouse Farm.
Kerja sama tersebut disepakati pada pertemuan ke-9 dari kegiatan tahunan ini. WUR dan Lighthouse Farm Academy bekerja sama dengan global Academic Engagement Brawijaya University dan Fakultas Pertanian UB, yang dikemas dalam workshop internasional Research Collaboration di Gedung Rektorat UB.
Dalam rilis UB yang diterima di Malang, Jawa Timur, Senin, disebutkan bahwa workshop internasional tersebut berlangsung selama lima hari dan diikuti 42 orang peserta dari 14 negara, antara lain Eropa, Amerika, Columbia, Spanyol, Kuba, Australia, Brazil, Ethiopia, Kurdistan, Serbia, dan Asia.
Ketua Panitia Workshop internasional, Muhamad Akhir Syib’li mengatakan kegiatan yang berlangsung di Indonesia ini dimulai secara online dari bulan Maret dan berlanjut tatap muka pada 5-9 Agustus 2024.
Selama kurang lebih lima hari partisipan dari berbagai negara tersebut mendapat materi, berdiskusi, belajar tentang teknik pertanian, budi daya, hingga pengendalian hama penyakit.
“Selain mendapat ilmu secara teori, peserta diajak turun lapangan di pertanian Kepanjen, Blitar dan Mojokerto untuk mengenali dan merasakan langsung praktik sistem pertanian yang dirasa unik untuk dipelajari,” katanya.
Baca juga: Lebih dari 14 ribu mahasiswa baru Universitas Brawijaya ikuti tahapan PKKMB 2024
Dengan adanya workshop dan kolaborasi riset dari berbagai institusi global ini diharapkan bisa memperkuat kerja sama UB di dunia internasional.
Salah satu peneliti dari UB, Dr Uma Khumairoh mengatakan bersama-sama dengan peneliti Waginengen University of Research, peserta diajak berpikir bagaimana membuat sistem produksi padi berkelanjutan yang disebut dengan complex rice systems.
“Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia dan sangat penting buat kita. Sebagai peneliti kami berpikir bagaimana mengembangkan padi untuk ketahanan pangan, di sisi lain, juga menjaga keberlanjutan sistem menanam padi yang ramah lingkungan,” katanya.
Ia mencontohkan dengan sistem tradisional menanam padi yang dipakai nenek moyang dengan pemanfaatan azolla, ikan, dan itik bisa membantu menghambat gulma dan mengendalikan hama.
Hal ini merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dengan sistem unik yang berkelanjutan dan ini bisa diterapkan kembali, dilengkapi, dikolaborasikan dengan sistem modern.
Baca juga: Mahasiswa UB kembangkan aplikasi deteksi kesegaran daging sapi
Dekan Fakultas Pertanian UB Prof Mangku Purnomo mengatakan kegiatan ini merupakan proses belajar bersama antara jaringan petani dunia dengan peneliti perguruan tinggi, ke depannya diharapkan bisa menemukan semacam model sistem pertanian yang bisa diterapkan di pertanian-pertanian di dunia, termasuk Indonesia, untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani.
“Ini merupakan jaringan antara petani yang memiliki lahan pertanian, akademisi dan para penggiat pertanian untuk membangun sistem riset, bagaimana mencari solusi yang terbaik, teknologi terbaik, juga model terbaik untuk mengembangkan pertanian di dunia yang relatif ramah terhadap sumber daya alam,” katanya.
Wakil Rektor Bidang Akademik UB, Prof Dr Imam Santoso mengatakan workshop ini untuk memberikan pemahaman mengenai pertanian berkelanjutan dan bagaimana melakukan optimalisasi hasil-hasil pertanian melalui pengelolaan pertanian yang berkelanjutan.
“Mudah-mudahan kegiatan ini terus menambah posisi UB sebagai penyelenggara, karena ini merupakan kegiatan internasional yang bisa meningkatkan reputasi kita di dunia internasional,” katanya.
Ia menambahkan kegiatan tersebut bisa berkontribusi bagi peningkatan produksi pertanian. Selain itu, bermanfaat untuk merangkul pemangku kepentingan di dunia bersama-sama mengembangkan pertanian berkelanjutan.
Baca juga: Universitas Brawijaya kukuhkan dua profesor perikanan
Wakil Dekan 1 Bidang Akademik FP Dr Afifuddin Latif Adiredjo mengatakan kegiatan tersebut sebagai momen untuk pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan atmosfir akademik.
Program tersebut akan teradaptasikan dan terintegrasikan dengan program Fakultas Pertanian, sehingga FP UB akan terus menjadi mitra di dalam Program Ligthouse Farm tersebut, baik yang di Indonesia maupun di negara lain.
“Ada dua poin utama, pertama, Wageningen adalah juara satu dunia pertanian, itu sebagai representasi sumber daya FP UB terakui dunia dan kedua, kami tidak ingin kegiatan yang berjalan selama sepekan itu berhenti di sini, kami ingin berkelanjutan, kolaborasi ini terjalin,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Kerja sama tersebut disepakati pada pertemuan ke-9 dari kegiatan tahunan ini. WUR dan Lighthouse Farm Academy bekerja sama dengan global Academic Engagement Brawijaya University dan Fakultas Pertanian UB, yang dikemas dalam workshop internasional Research Collaboration di Gedung Rektorat UB.
Dalam rilis UB yang diterima di Malang, Jawa Timur, Senin, disebutkan bahwa workshop internasional tersebut berlangsung selama lima hari dan diikuti 42 orang peserta dari 14 negara, antara lain Eropa, Amerika, Columbia, Spanyol, Kuba, Australia, Brazil, Ethiopia, Kurdistan, Serbia, dan Asia.
Ketua Panitia Workshop internasional, Muhamad Akhir Syib’li mengatakan kegiatan yang berlangsung di Indonesia ini dimulai secara online dari bulan Maret dan berlanjut tatap muka pada 5-9 Agustus 2024.
Selama kurang lebih lima hari partisipan dari berbagai negara tersebut mendapat materi, berdiskusi, belajar tentang teknik pertanian, budi daya, hingga pengendalian hama penyakit.
“Selain mendapat ilmu secara teori, peserta diajak turun lapangan di pertanian Kepanjen, Blitar dan Mojokerto untuk mengenali dan merasakan langsung praktik sistem pertanian yang dirasa unik untuk dipelajari,” katanya.
Baca juga: Lebih dari 14 ribu mahasiswa baru Universitas Brawijaya ikuti tahapan PKKMB 2024
Dengan adanya workshop dan kolaborasi riset dari berbagai institusi global ini diharapkan bisa memperkuat kerja sama UB di dunia internasional.
Salah satu peneliti dari UB, Dr Uma Khumairoh mengatakan bersama-sama dengan peneliti Waginengen University of Research, peserta diajak berpikir bagaimana membuat sistem produksi padi berkelanjutan yang disebut dengan complex rice systems.
“Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia dan sangat penting buat kita. Sebagai peneliti kami berpikir bagaimana mengembangkan padi untuk ketahanan pangan, di sisi lain, juga menjaga keberlanjutan sistem menanam padi yang ramah lingkungan,” katanya.
Ia mencontohkan dengan sistem tradisional menanam padi yang dipakai nenek moyang dengan pemanfaatan azolla, ikan, dan itik bisa membantu menghambat gulma dan mengendalikan hama.
Hal ini merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dengan sistem unik yang berkelanjutan dan ini bisa diterapkan kembali, dilengkapi, dikolaborasikan dengan sistem modern.
Baca juga: Mahasiswa UB kembangkan aplikasi deteksi kesegaran daging sapi
Dekan Fakultas Pertanian UB Prof Mangku Purnomo mengatakan kegiatan ini merupakan proses belajar bersama antara jaringan petani dunia dengan peneliti perguruan tinggi, ke depannya diharapkan bisa menemukan semacam model sistem pertanian yang bisa diterapkan di pertanian-pertanian di dunia, termasuk Indonesia, untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani.
“Ini merupakan jaringan antara petani yang memiliki lahan pertanian, akademisi dan para penggiat pertanian untuk membangun sistem riset, bagaimana mencari solusi yang terbaik, teknologi terbaik, juga model terbaik untuk mengembangkan pertanian di dunia yang relatif ramah terhadap sumber daya alam,” katanya.
Wakil Rektor Bidang Akademik UB, Prof Dr Imam Santoso mengatakan workshop ini untuk memberikan pemahaman mengenai pertanian berkelanjutan dan bagaimana melakukan optimalisasi hasil-hasil pertanian melalui pengelolaan pertanian yang berkelanjutan.
“Mudah-mudahan kegiatan ini terus menambah posisi UB sebagai penyelenggara, karena ini merupakan kegiatan internasional yang bisa meningkatkan reputasi kita di dunia internasional,” katanya.
Ia menambahkan kegiatan tersebut bisa berkontribusi bagi peningkatan produksi pertanian. Selain itu, bermanfaat untuk merangkul pemangku kepentingan di dunia bersama-sama mengembangkan pertanian berkelanjutan.
Baca juga: Universitas Brawijaya kukuhkan dua profesor perikanan
Wakil Dekan 1 Bidang Akademik FP Dr Afifuddin Latif Adiredjo mengatakan kegiatan tersebut sebagai momen untuk pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan atmosfir akademik.
Program tersebut akan teradaptasikan dan terintegrasikan dengan program Fakultas Pertanian, sehingga FP UB akan terus menjadi mitra di dalam Program Ligthouse Farm tersebut, baik yang di Indonesia maupun di negara lain.
“Ada dua poin utama, pertama, Wageningen adalah juara satu dunia pertanian, itu sebagai representasi sumber daya FP UB terakui dunia dan kedua, kami tidak ingin kegiatan yang berjalan selama sepekan itu berhenti di sini, kami ingin berkelanjutan, kolaborasi ini terjalin,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024