Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur mengintensifkan gerakan pangan murah (GPM) sebagai langkah taktis daerah mengandalkan kearifan lokal untuk menekan laju harga kebutuhan pokok.

"Ini adalah salah satu bagian dari upaya kita untuk mengendalikan inflasi. Karena kita dituntut untuk bisa melakukan inovasi dan lain dengan adanya inflasi," kata Sekda Trenggalek, Edy Soepriyanto di Trenggalek, Senin.

Ia mengklaim GPM sejauh ini efektif menekan laju harga. Pasalnya, melalui program ini pemerintah daerah aktif mengupayakan penyediaan sejumlah kebutuhan pokok pangan yang berpotensi memicu inflasi, salah satunya adalah komoditas beras.

Setidaknya hampir empat ton beras kualitas medium digelontorkan dalam operasi pasar murah yang diselenggarakan di area Pasar Subuh dan Pasar Basah Trenggalek, rentang waktu 30 Juli hingga 1 Agustus.

Dia melanjutkan, jumlah atau volume pasokan beras untuk stabilisasi pasokan dan harga pangan itu bakal bertambah seiring dinamika di lapangan.

Bekerja sama dengan Perum Bulog, pihaknya bakal melakukan gerakan pangan murah secara intensif untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Kami menjual murah beras, bekerja sama dengan Bulog," imbuhnya.

Selain komoditas beras, pihaknya juga menjual sejumlah kebutuhan pokok lain dalam gerakan pangan murah itu. Meliputi telur, bawang merah hingga cabai rawit.

Langkah itu dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat sehingga kebutuhan pokok terpenuhi.

"Harapannya masyarakat tidak terlalu mahal untuk bisa memenuhi kebutuhannya," katanya.

Merujuk harga beras pada Sabtu (3/8), harga beras di Bumi Menak Sopal, sebutan lain Trenggalek Rp11.300 per-kilogram.

Harga itu bertengger dengan harga terendah nomor tiga di Jatim dengan harga beras rata-rata Rp12.111 per kilogram, atau terendah se-Karesidenan Kediri.


 

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Vicki Febrianto


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024