Badan Nasional Penanggulangan Bencana memetakan sebanyak 17 desa di sepanjang kawasan pesisir Trenggalek, mulai dari Kecamatan Watulimo hingga Panggul, masuk zona rawan bencana tsunami.  

"Menurut peta BNPB, ada 17 desa tersebar di Kecamatan Watulimo, Munjungan dan Panggul masuk zona rawan tsunami," kata Kepala BPBD Trenggalek, Triadi Atmono, di Trenggalek, Jumat.

Untuk itu, berbagai langkah mitigasi aktif dilakukan, mulai dari membuat green belt (sabuk hijau) lewat aksi penanaman pohon secara kesinambungan hingga menggelar simulasi penanganan kebencanaan.

Baca juga: BNPB: 33 orang meninggal akibat bencana hidrometeorologi selama Oktober

Simulasi dikemas dalam sebuah festival bernama gempa bumi dan tsunami yang digelar rutin saban tahun.

Langkah mitigasi itu dinilai penting sehingga nantinya masyarakat mengerti apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana sungguhan.

Sebab dalam kegiatan itu masyarakat bakal mengikuti rangkaian kegiatan mulai dari kepedulian kelestarian dengan menanam pohon hingga bersih-bersih sampah di pantai.

Poin utamanya adalah ditunjukkan proses evakuasi untuk menyelamatkan diri ke titik aman yang sudah ditandai dengan garis biru zona aman tsunami.

"Yang namanya potensi belum tahu kapan dan dimana akan terjadi. Jadi masyarakat jangan panik, tetap ikuti arahan petugas," ujarnya.

Kesiapsiagaan masyarakat serta pentahelix lainnya itu diharapkan dapat meminimalisir dampak dari bencana.

Selain peningkatan kesiapsiagaan, di daerah pesisir selatan juga sudah terpasang Early Warning System (EWS) tsunami.

"Selain EWS tsunami, di Trenggalek sudah terpasang EWS bencana longsor dan banjir di sejumlah titik, baik itu dari instansi vertikal, provinsi maupun yang di pasang daerah," katanya.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Taufik


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024