Wakil Ketua DPRD Surabaya Laila Mufidah meminta pemerintah kota (pemkot) harus memprioritaskan pedagang kaki lima (PKL) serta pelaku UMKM untuk mendapatkan stan berdagang di kawasan Kota Lama yang siap diresmikan pada Minggu, 23 Juni 2024.
"Pemkot supaya tetap memprioritaskan para pelaku ekonomi kerakyatan, seperti pedagang kaki lima dan warga yang menjadi pelaku UMKM di lokasi sekitar Kota Lama," katanya di Surabaya, Rabu.
Laila menyebut hakikat dibukanya Kota Lama adalah meningkatkan dunia pariwisata di Kota Surabaya dengan menarik lebih kunjungan wisatawan.
Potensi tersebut mampu menghadirkan ruang pergerakan perekonomian dan harus dimaksimalkan untuk menghadirkan kebermanfaatan bagi masyarakat.
"Ekonomi warga harus jadi yang utama, gedung kuno di sana sebisa mungkin memiliki aktivitas di dalamnya," ujarnya.
Apalagi beberapa waktu ke belakang setelah revitalisasi dan penataan memasuki tahap akhir, kawasan itu sudah ramai pengunjung.
Kondisi itu dijadikan acuan oleh Pemkot Surabaya mengukur dampak ekonomi yang ditimbulkan, termasuk menyediakan fasilitas parkir memadai bagi pengunjung.
"Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya sudah harus menyediakan tempat parkir memadai dan bikin nyaman pengunjung," tutur dia.
Kemudian, kata Laila, setelah diresmikan Pemkot Surabaya bisa konsisten menghadirkan inovasi agar suasana Kota Lama bisa terus menjadi primadona bagi wisatawan.
Salah satu komponen yang bisa rutin dihadirkan adalah pertunjukan musik dengan menggandeng musisi jalanan asal Surabaya.
Laila optimistis langkah tersebut mampu menambah daya tarik wisatawan untuk berkunjung yang secara otomatis perekonomian bergerak dan warga bisa sejahtera.
"Kata kuncinya adalah mengembangkan potensi Kota Lama. Kami yakin pemkot bisa membuat itu," ucapnya.
Diketahui kawasan Kota Lama yang berlokasi di wilayah Surabaya bagian utara ini terbagi ke dalam tiga zona, yakni Eropa, Pecinan, dan Arab.
Zona Eropa meliputi Jalan Kalimas, Jalan Veteran, Jalan Sikatan, Jalan Garuda, Jalan Rajawali, hingga Jalan Gelatik. Nuansa yang ditawarkan kepada pengunjung bangunan zaman kolonial.
Di zona itu ada Taman Jayengrono yang telah dilengkapi replika mobil AWS Mallaby, lokasi berada tepat di depan Gedung Internatio. Tak jauh dari tempat tersebut terdapat Jembatan Merah, penghubung antara Zona Eropa dan Pecinan.
Selanjutnya, Zona Pecinan meliputi Jalan Karet, Jalan Kembang Jepun, hingga Jalan Panggung. Beragam bangunan dan ornamen khas Tionghoa.
Sedangakan, pada Zona Arab mencakup Jalan Pegirikan, Jalan Sasak, hingga Jalan KH Mas Mansyur. Salah satu yang ikonik adalah keberadaan Wisata Religi Sunan Ampel.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Pemkot supaya tetap memprioritaskan para pelaku ekonomi kerakyatan, seperti pedagang kaki lima dan warga yang menjadi pelaku UMKM di lokasi sekitar Kota Lama," katanya di Surabaya, Rabu.
Laila menyebut hakikat dibukanya Kota Lama adalah meningkatkan dunia pariwisata di Kota Surabaya dengan menarik lebih kunjungan wisatawan.
Potensi tersebut mampu menghadirkan ruang pergerakan perekonomian dan harus dimaksimalkan untuk menghadirkan kebermanfaatan bagi masyarakat.
"Ekonomi warga harus jadi yang utama, gedung kuno di sana sebisa mungkin memiliki aktivitas di dalamnya," ujarnya.
Apalagi beberapa waktu ke belakang setelah revitalisasi dan penataan memasuki tahap akhir, kawasan itu sudah ramai pengunjung.
Kondisi itu dijadikan acuan oleh Pemkot Surabaya mengukur dampak ekonomi yang ditimbulkan, termasuk menyediakan fasilitas parkir memadai bagi pengunjung.
"Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya sudah harus menyediakan tempat parkir memadai dan bikin nyaman pengunjung," tutur dia.
Kemudian, kata Laila, setelah diresmikan Pemkot Surabaya bisa konsisten menghadirkan inovasi agar suasana Kota Lama bisa terus menjadi primadona bagi wisatawan.
Salah satu komponen yang bisa rutin dihadirkan adalah pertunjukan musik dengan menggandeng musisi jalanan asal Surabaya.
Laila optimistis langkah tersebut mampu menambah daya tarik wisatawan untuk berkunjung yang secara otomatis perekonomian bergerak dan warga bisa sejahtera.
"Kata kuncinya adalah mengembangkan potensi Kota Lama. Kami yakin pemkot bisa membuat itu," ucapnya.
Diketahui kawasan Kota Lama yang berlokasi di wilayah Surabaya bagian utara ini terbagi ke dalam tiga zona, yakni Eropa, Pecinan, dan Arab.
Zona Eropa meliputi Jalan Kalimas, Jalan Veteran, Jalan Sikatan, Jalan Garuda, Jalan Rajawali, hingga Jalan Gelatik. Nuansa yang ditawarkan kepada pengunjung bangunan zaman kolonial.
Di zona itu ada Taman Jayengrono yang telah dilengkapi replika mobil AWS Mallaby, lokasi berada tepat di depan Gedung Internatio. Tak jauh dari tempat tersebut terdapat Jembatan Merah, penghubung antara Zona Eropa dan Pecinan.
Selanjutnya, Zona Pecinan meliputi Jalan Karet, Jalan Kembang Jepun, hingga Jalan Panggung. Beragam bangunan dan ornamen khas Tionghoa.
Sedangakan, pada Zona Arab mencakup Jalan Pegirikan, Jalan Sasak, hingga Jalan KH Mas Mansyur. Salah satu yang ikonik adalah keberadaan Wisata Religi Sunan Ampel.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024