Pemerintah Kota Madiun Jawa Timur membentuk tim penanggulangan Tuberkulosis (TBC) sebagai upaya memberantas keberadaan penyakit menular dan mematikan tersebut di wilayah setempat.
Pj Wali Kota Madiun Eddy Supriyanto di Madiun Selasa mengatakan, penyusunan tim penanggulangan TBC daerah itu dilakukan sebagai tindak lanjut dari rapat pengendalian penyakit TBC secara nasional dan virtual bersama Kementerian Kesehatan.
"Menindaklanjuti pemerintah pusat, tentunya akan segera kami bentuk tim penanggulangan TBC daerah. Tinggal menunggu surat keputusan dari pusat. Namun, sebelum itu akan kami upayakan lebih dahulu," kata Eddy.
Menurutnya, Indonesia menyumbangkan 68 persen kasus TBC di dunia dan jumlahnya selalu bertambah setiap tahun.
Dengan sumbangan 68 persen tersebut, maka Indonesia menempati urutan kedua di dunia dengan kasus TBC terbanyak.
"Untuk itu, pemerintah terus berupaya menanggulangi bahaya penyakit tersebut. Termasuk di Kota Madiun," katanya.
Baca juga: Pemkot Madiun permudah perizinan pedagang Pasar Besar
Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan KB Kota Madiun dr Denik Wuryani mengatakan, upaya mencegah penyebaran penyakit TBC terus dilakukan.
Bahkan dilakukan jauh sebelum instruksi pembentukan tim penanggulangan TBC digulirkan.
"Tidak hanya mengobati kasus yang sudah ada, tapi pemkot juga aktif menelusuri penyebarannya di masyarakat. Termasuk, pasien yang berpotensi tertular TBC, seperti penderita HIV/AIDS atau anak dengan gizi buruk," kata Denik Wuryani.
Saat ini, sesuai data dinkes setempat, jumlah kasus TBC yang ditangani di Kota Madiun mencapai 367 pasien.
Mereka tidak hanya pasien dari Kota Madiun, melainkan juga warga luar kota yang berobat di Kota Madiun.
Dalam upaya menanggulangi TBC, Dinkes Kota Madiun juga dilakukan "skrining" terhadap orang-orang yang pernah berinteraksi dengan pasien positif TBC. Sehingga, diharapkan penyebarannya tidak semakin meluas.
Adapun sejumlah kondisi yang wajib diwaspadai dan berpotensi mengidap TBC untuk pasien dewasa, di antaranya batuk tidak sembuh selama dua pekan, demam naik-turun, dan keringat dingin di malam hari.
Sedangkan pada pasien anak, menurut Denik, gejalanya tidak khas. Apalagi, anak-anak penderita TBC biasanya tidak batuk. Namun, kondisi yang patut diwaspadai adalah ketika gizi anak kurang, sering sakit yang sulit sembuh, dan berat badan sulit naik.
"Begitu pula pasien TBC yang diabetes biasanya juga tidak batuk. Maka dari itu perlu diwaspadai dan segera periksa ke layanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Pj Wali Kota Madiun Eddy Supriyanto di Madiun Selasa mengatakan, penyusunan tim penanggulangan TBC daerah itu dilakukan sebagai tindak lanjut dari rapat pengendalian penyakit TBC secara nasional dan virtual bersama Kementerian Kesehatan.
"Menindaklanjuti pemerintah pusat, tentunya akan segera kami bentuk tim penanggulangan TBC daerah. Tinggal menunggu surat keputusan dari pusat. Namun, sebelum itu akan kami upayakan lebih dahulu," kata Eddy.
Menurutnya, Indonesia menyumbangkan 68 persen kasus TBC di dunia dan jumlahnya selalu bertambah setiap tahun.
Dengan sumbangan 68 persen tersebut, maka Indonesia menempati urutan kedua di dunia dengan kasus TBC terbanyak.
"Untuk itu, pemerintah terus berupaya menanggulangi bahaya penyakit tersebut. Termasuk di Kota Madiun," katanya.
Baca juga: Pemkot Madiun permudah perizinan pedagang Pasar Besar
Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan KB Kota Madiun dr Denik Wuryani mengatakan, upaya mencegah penyebaran penyakit TBC terus dilakukan.
Bahkan dilakukan jauh sebelum instruksi pembentukan tim penanggulangan TBC digulirkan.
"Tidak hanya mengobati kasus yang sudah ada, tapi pemkot juga aktif menelusuri penyebarannya di masyarakat. Termasuk, pasien yang berpotensi tertular TBC, seperti penderita HIV/AIDS atau anak dengan gizi buruk," kata Denik Wuryani.
Saat ini, sesuai data dinkes setempat, jumlah kasus TBC yang ditangani di Kota Madiun mencapai 367 pasien.
Mereka tidak hanya pasien dari Kota Madiun, melainkan juga warga luar kota yang berobat di Kota Madiun.
Dalam upaya menanggulangi TBC, Dinkes Kota Madiun juga dilakukan "skrining" terhadap orang-orang yang pernah berinteraksi dengan pasien positif TBC. Sehingga, diharapkan penyebarannya tidak semakin meluas.
Adapun sejumlah kondisi yang wajib diwaspadai dan berpotensi mengidap TBC untuk pasien dewasa, di antaranya batuk tidak sembuh selama dua pekan, demam naik-turun, dan keringat dingin di malam hari.
Sedangkan pada pasien anak, menurut Denik, gejalanya tidak khas. Apalagi, anak-anak penderita TBC biasanya tidak batuk. Namun, kondisi yang patut diwaspadai adalah ketika gizi anak kurang, sering sakit yang sulit sembuh, dan berat badan sulit naik.
"Begitu pula pasien TBC yang diabetes biasanya juga tidak batuk. Maka dari itu perlu diwaspadai dan segera periksa ke layanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024