Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya merelokasi 250 pedagang yang sebelumnya beraktivitas di wilayah Kecamatan Simokerto, Pabean Cantikan, dan Semampir untuk masuk ke Serambi Ampel atau eks rumah potong babi dan terminal bus wisata religi Sunan Ampel
"Ada 138 pedagang dari Kecamatan Semampir, 78 pedagang dari Kecamatan Pabean Cantikan, dan dari Kecamatan Simokerto ada 34 pedagang," kata Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan (Dinkodag) Surabaya Dewi Soeriyawati kepada wartawan di kota setempat, Selasa.
Dewi menyebut jumlah pedagang yang menempati Serambi Ampel atau sentra wisata kuliner mencapai 161 orang. "Kalau yang di terminal itu ada 89 pedagang," ucapnya.
Para pedagang, baik di Serambi Ampel maupun terminal bus mayoritas didominasi pedagang makanan dan minuman.
Dewi menyebut para pedagang tak perlu khawatir dua lokasi itu sepi pembeli, sebab pihaknya sudah mempersiapkan langkah untuk membantu pemasaran produk.
"Nanti ada musik, pertemuan juga bisa dilakukan di Serambi Ambil. Kemudian Dinkopdag juga punya E-Peken, jadi kalau nanti teman-teman itu butuh makan siang misalnya, maka bisa pesan lewat itu," ujarnya.
Sementara, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan relokasi pedagang merupakan bagian dari langkah penataan wilayah Ampel sebagai kawasan wisata terpadu.
"Jadi terkoneksi antara satu dan lainnya. Ini masih tahap awal, nanti dikerjakan sampai Mei," kata dia.
Setelah relokasi selesai, maka Pemkot Surabaya melakukan penataan pada area sungai di Jalan Pegirian.
"Di depan ini yang tempatnya ada di atas sungai diubah total, sehingga lebih menampilkan bentuk kawasan religi," ujarnya.
Eri berharap ketika penataan kawasan wisata religi Sunan Ampel rampung keseluruhan, maka bisa menghadirkan dampak perekonomian bagi masyarakat setempat, khususnya para pedagang.
"Makanya kami tidak bisa berjalan sendiri, butuh peran tokoh masyarakat yang ada di kawasan Semampir, Pabean Cantikan, dan Simokerto untuk kerja bersama," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Ada 138 pedagang dari Kecamatan Semampir, 78 pedagang dari Kecamatan Pabean Cantikan, dan dari Kecamatan Simokerto ada 34 pedagang," kata Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan (Dinkodag) Surabaya Dewi Soeriyawati kepada wartawan di kota setempat, Selasa.
Dewi menyebut jumlah pedagang yang menempati Serambi Ampel atau sentra wisata kuliner mencapai 161 orang. "Kalau yang di terminal itu ada 89 pedagang," ucapnya.
Para pedagang, baik di Serambi Ampel maupun terminal bus mayoritas didominasi pedagang makanan dan minuman.
Dewi menyebut para pedagang tak perlu khawatir dua lokasi itu sepi pembeli, sebab pihaknya sudah mempersiapkan langkah untuk membantu pemasaran produk.
"Nanti ada musik, pertemuan juga bisa dilakukan di Serambi Ambil. Kemudian Dinkopdag juga punya E-Peken, jadi kalau nanti teman-teman itu butuh makan siang misalnya, maka bisa pesan lewat itu," ujarnya.
Sementara, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan relokasi pedagang merupakan bagian dari langkah penataan wilayah Ampel sebagai kawasan wisata terpadu.
"Jadi terkoneksi antara satu dan lainnya. Ini masih tahap awal, nanti dikerjakan sampai Mei," kata dia.
Setelah relokasi selesai, maka Pemkot Surabaya melakukan penataan pada area sungai di Jalan Pegirian.
"Di depan ini yang tempatnya ada di atas sungai diubah total, sehingga lebih menampilkan bentuk kawasan religi," ujarnya.
Eri berharap ketika penataan kawasan wisata religi Sunan Ampel rampung keseluruhan, maka bisa menghadirkan dampak perekonomian bagi masyarakat setempat, khususnya para pedagang.
"Makanya kami tidak bisa berjalan sendiri, butuh peran tokoh masyarakat yang ada di kawasan Semampir, Pabean Cantikan, dan Simokerto untuk kerja bersama," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024