Petugas Lapas I Surabaya Jawa Timur membekali warga binaan pemasyarakatan (WBP) dengan pelatihan budi daya alpukat aligator jumbo sebagai upaya pemberian keterampilan kepada WBP saat mereka bebas nanti.
"Kami mencoba merespon permintaan masyarakat akan pohon maupun buah alpukat yang saat ini sedang tinggi," kata Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kanwilkumham) Jawa Timur Heni Yuwono dalam keterangannya di Sidoarjo, Rabu.
Ia menjelaskan, jajarannya diarahkan agar selalu berupaya memberikan pembinaan dan bekal keterampilan kepada warga binaan yang punya manfaat besar. Sehingga, bisa memberikan manfaat ketika warga binaan bebas dari lapas nantinya.
"Pembinaan kami berdasarkan riset pasar yang ada, termasuk pemilihan bidang budi daya alpukat aligator," katanya.
Heni lalu menjabarkan, pemilihan budi daya alpukat aligator itu karena masyarakat saat ini mulai sadar dengan pentingnya menjaga kesehatan, dan saat ini buah itu banyak dicari karena baik dikonsumsi selama diet.
"Varietas ini dipilih karena sangat menarik dan banyak peminatnya, termasuk dalam golongan alpukat jumbo lantaran memiliki bobot yang lebih berat ketimbang jenis lainnya," katanya.
Kalapas I Surabaya, Jayanta menyebutkan bahwa nantinya pelatihan budi daya alpukat aligator itu akan diikuti oleh 40 orang warga binaan pemasyarakatan. Pihaknya akan memanfaatkan beberapa lahan yang belum dimanfaatkan di area lapas yang luasnya mencapai 14 hektare itu.
Baca juga: Lapas Surabaya simulasi pemilu petugas kpps
"Sebelumnya sudah ada beberapa program pelatihan keterampilan dan kemandirian yang sudah berjalan, baik yang dijalankan individu maupun dengan mitra, akan tetapi masih ditemui beberapa lahan kosong yang kurang produktif, ini yang coba kami optimalkan," kata Jayanta.
Program pelatihan di bidang pertanian ini, kata Jayanta, diharapkan dapat menjadikan solusi guna mengubah tanah tidak produktif menjadi produktif. Sehingga, dapat menciptakan peluang usaha dan berkontribusi positif bagi negara.
"Selain menghasilkan bibit alpukat aligator, pihak lapas juga membekali warga binaan dengan pembuatan pupuk organik," kata Jayanta.
Menurut Jayanta, kedua paket pelatihan tersebut nantinya bisa berkelanjutan dan ramah lingkungan, karena memiliki produk pertanian yang bernilai tinggi. Buah alpukat banyak digemari masyarakat serta pupuk organik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pertanian maupun perkebunan.
"Pelatihan ini guna memberikan bekal keterampilan kepada warga binaan, khususnya di bidang pertanian serta melibatkan mereka dalam kegiatan produktif," katanya.
Guna meningkatkan kualitas pelatihan, Lapas Kelas I Surabaya bekerja sama dengan CV Jasa Indah Mandiri sebagai pihak ketiga. Nantinya pihak ketiga akan memberikan pelatihan dengan instruktur bersertifikasi, berpengalaman, dan kompeten di bidangnya.
"Sehingga, para peserta pelatihan lebih mudah dalam memahami dan mengimplementasikannya, nanti juga akan kami berikan sertifikat keahlian ketika mereka dinyatakan lulus," katanya.
Jayanta juga berharap kepada peserta pelatihan agar dapat mengembangkan ketrampilannya. Agar bisa bermanfaat tidak hanya ketika mereka di dalam lapas, tetapi juga sebagai peluang usaha atau modal untuk bekal ketika mereka kembali ke masyarakat.
"Semoga ilmu yang diperoleh menjadi ladang subur bagi pengembangan diri dan membawa perubahan positif bagi warga binaan," katanya.
Alpukat aligator sudah lama ada di Indonesia, tapi mulai tren di awal tahun ini dan banyak yang tertarik membuat bibitnya. Alpukat aligator juga biasa disebut alpukat pir atau alpukat raksasa dengan bobot sekitar 700 gram sampai 1,2 kilogram per buah.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Kami mencoba merespon permintaan masyarakat akan pohon maupun buah alpukat yang saat ini sedang tinggi," kata Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kanwilkumham) Jawa Timur Heni Yuwono dalam keterangannya di Sidoarjo, Rabu.
Ia menjelaskan, jajarannya diarahkan agar selalu berupaya memberikan pembinaan dan bekal keterampilan kepada warga binaan yang punya manfaat besar. Sehingga, bisa memberikan manfaat ketika warga binaan bebas dari lapas nantinya.
"Pembinaan kami berdasarkan riset pasar yang ada, termasuk pemilihan bidang budi daya alpukat aligator," katanya.
Heni lalu menjabarkan, pemilihan budi daya alpukat aligator itu karena masyarakat saat ini mulai sadar dengan pentingnya menjaga kesehatan, dan saat ini buah itu banyak dicari karena baik dikonsumsi selama diet.
"Varietas ini dipilih karena sangat menarik dan banyak peminatnya, termasuk dalam golongan alpukat jumbo lantaran memiliki bobot yang lebih berat ketimbang jenis lainnya," katanya.
Kalapas I Surabaya, Jayanta menyebutkan bahwa nantinya pelatihan budi daya alpukat aligator itu akan diikuti oleh 40 orang warga binaan pemasyarakatan. Pihaknya akan memanfaatkan beberapa lahan yang belum dimanfaatkan di area lapas yang luasnya mencapai 14 hektare itu.
Baca juga: Lapas Surabaya simulasi pemilu petugas kpps
"Sebelumnya sudah ada beberapa program pelatihan keterampilan dan kemandirian yang sudah berjalan, baik yang dijalankan individu maupun dengan mitra, akan tetapi masih ditemui beberapa lahan kosong yang kurang produktif, ini yang coba kami optimalkan," kata Jayanta.
Program pelatihan di bidang pertanian ini, kata Jayanta, diharapkan dapat menjadikan solusi guna mengubah tanah tidak produktif menjadi produktif. Sehingga, dapat menciptakan peluang usaha dan berkontribusi positif bagi negara.
"Selain menghasilkan bibit alpukat aligator, pihak lapas juga membekali warga binaan dengan pembuatan pupuk organik," kata Jayanta.
Menurut Jayanta, kedua paket pelatihan tersebut nantinya bisa berkelanjutan dan ramah lingkungan, karena memiliki produk pertanian yang bernilai tinggi. Buah alpukat banyak digemari masyarakat serta pupuk organik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pertanian maupun perkebunan.
"Pelatihan ini guna memberikan bekal keterampilan kepada warga binaan, khususnya di bidang pertanian serta melibatkan mereka dalam kegiatan produktif," katanya.
Guna meningkatkan kualitas pelatihan, Lapas Kelas I Surabaya bekerja sama dengan CV Jasa Indah Mandiri sebagai pihak ketiga. Nantinya pihak ketiga akan memberikan pelatihan dengan instruktur bersertifikasi, berpengalaman, dan kompeten di bidangnya.
"Sehingga, para peserta pelatihan lebih mudah dalam memahami dan mengimplementasikannya, nanti juga akan kami berikan sertifikat keahlian ketika mereka dinyatakan lulus," katanya.
Jayanta juga berharap kepada peserta pelatihan agar dapat mengembangkan ketrampilannya. Agar bisa bermanfaat tidak hanya ketika mereka di dalam lapas, tetapi juga sebagai peluang usaha atau modal untuk bekal ketika mereka kembali ke masyarakat.
"Semoga ilmu yang diperoleh menjadi ladang subur bagi pengembangan diri dan membawa perubahan positif bagi warga binaan," katanya.
Alpukat aligator sudah lama ada di Indonesia, tapi mulai tren di awal tahun ini dan banyak yang tertarik membuat bibitnya. Alpukat aligator juga biasa disebut alpukat pir atau alpukat raksasa dengan bobot sekitar 700 gram sampai 1,2 kilogram per buah.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024