Trenggalek - Sejumlah warga Desa Gemaharjo, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, berhasil menangkap anjing hutan yang selama dua bulan terakhir berkeliaran memangsa ternak penduduk. "Informasinya begitu. Barusan Camat Watulimo mengonfirmasi bahwa warganya di Desa Gemaharjo berhasil menangkap anjing hutan yang selama ini meneror pemukiman penduduk," ujar Kabag Humas Pemkab Trenggalek Yoso Mihardi, Jumat. Dengan tertangkapnya anjing hutan tersebut, spekulasi mengenai keberadaan Harimau Jawa maupun rumor di sebagian penduduk lokal yang menyebut adanya mahkluk jadi-jadian (siluman) berbentuk binatang buas, terbantahkan. Keyakinan sejumlah pihak yang menengarai bahwa binatang buas yang telah memangsa lebih dari 50 ekor ternak kambing di Desa Gemaharjo, Watulimo, serta Slawe adalah sejenis anjing hutan yang bentuknya menyerupai serigala, dengan demikian semakin mendekati kebenaran. "Setidaknya, anjing hutan itu tertangkap alat jebakan warga yang ada di sekitar kandang. Beberapa waktu lalu warga memang sempat meyakini keberadaan anjing hutan ini dan jumlahnya diperkirakan ada beberapa," imbuh Yoso. Namun, pihaknya tetap mengimbau kepada seluruh warga yang rumahnya berdekatan dengan kawasan hutan untuk tetap waspada. Sebab, diperkirakan masih ada kawanan anjing hutan lainnya yang berkeliaran di sekitar pemukiman penduduk. Keyakinan itu menguat lantaran beberapa saksi menyebut bahwa anjing buas tersebut bergerak secara berkelompok. Diduga kawanan anjing liar ini sengaja berkoloni dengan salah satu anjing sebagai pimpinan kelompok mereka. "Mereka (kawanan anjing hutan) turun ke pinggiran hutan karena makanan di dalam hutan habis sejak musim kering beberapa bulan terakhir sehingga melakukan ekspansi ke peternakan penduduk," kata Yoso mencoba menganalisa. Sebelumnya, lembaga konservasi satwa ProFauna menduga serangan binatang buas terhadap puluhan ternak di Trenggalek memang dilakukan oleh anjing liar. Karena itu, Ketua ProFauna Indonesia Rosek Nursahid mengimbau warga melakukan penangkapan dengan cara dijebak. "Ciri-ciri terkaman pada tubuh ternak bisa disimpulkan akibat serangan anjing. Binatang itu akan merobek perut korban dan mengeluarkan seluruh isinya untuk dimakan. Dia juga tidak menghabiskan seluruh daging ternak yang dibunuh dan itu 95 persen merupakan serangan anjing liar," kata Rosek. Dalam tiga tahun terakhir, ProFauna telah menangani 17 kasus serupa di Jawa Timur. Serangan anjing liar ini kerap menimpa ternak di kawasan tepi hutan di wilayah Dawu Malang, Batu, Jember, dan Probolinggo. Anjing-anjing itu sendiri dulunya adalah milik peternak sendiri untuk menjaga hewan ternak mereka atau berburu. Namun setelah lama kelamaan tak terawat, anjing itu membentuk kawanan dan hidup di dalam hutan. "Saat lapar, mereka akan menyerang ternak yang dulu dijaga," kata Rosek. Untuk menghentikan serangan ini, dia menyarankan dilakukan penangkapan dengan cara dijebak. Sebab menangkap anjing liar ini akan lebih sulit jika melalui perburuan. Selanjutnya kawanan itu harus direlokasi ke tempat yang aman dari ternak dan pemukiman. *

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011