Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengupayakan pemulihan performa sapi perah setelah pandemi penyakit mulut dan kuku (PMK) dinyatakan mulai melandai, bahkan menyebut nol kasus selama sepekan terakhir.
"Meski kasus PMK mulai melandai tapi peternak sapi perah masih terdampak secara ekonomi. Salah satunya produksi susunya masih belum maksimal seperti sebelum terjadi kasus PMK. Kemudian berahinya belum normal sehingga susah bunting yang menyebabkan populasinya menurun," kata Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Indyah Aryani saat dikonfirmasi di Surabaya, Kamis.
Sebelum pandemi PMK melanda pada Mei 2022, populasi sapi perah di Jatim terdata sebanyak 305 ribu ekor yang tersebar di berbagai daerah kabupaten/ kota wilayah Jatim. Sekarang tersisa 290 ribu ekor.
Produksi susunya bisa mencapai 13 liter per ekor setiap hari saat sebelum pandemi. Di puncak pandemi, tidak semua sapi perah bisa mengeluarkan susu. Kalaupun ada yang keluar susunya tidak lebih dari lima liter per ekor dalam sehari.
"Karena PMK juga menyebabkan luka pada puting susu sapi sehingga tidak bisa diperah. Mulutnya juga luka sehingga sapi tidak sehat karena jarang makan yang berpengaruh pada produksi susunya," ujar Indyah.
PMK juga menyebabkan luka pada kaki sapi sehingga tidak kuat berdiri karena kondisinya lemah yang mempengaruhi berahinya. Kadis Aryani mengungkapkan, kalaupun ada yang berahi sampai bunting, anak atau pedet yang dilahirkan tidak sehat dan bahkan rentan terjangkit PMK.
Namun seiring digencarkannya vaksinasi PMK kepada hewan ternak yang rentan di Jatim, perlahan performa sapi perah mulai berangsur pulih meski belum 100 persen.
Aryani mengungkapkan sekarang per ekor sapi perah bisa menghasilkan susu sebanyak 9 liter per hari. Juga mulai berahi dan banyak yang bunting.
Menurutnya untuk memulihkan performa sapi perah 100 persen, memang terlebih dahulu harus terbebas dari PMK.
Untuk benar-benar dinyatakan terbebas dari PMK, hewan ternak yang rentan seperti sapi, kerbau, kambing dan babi harus divaksin minimal 90 persen atau bahkan 100 persen dari total populasi.
Populasi hewan ternak rentan tersebut di Jatim terdata sebanyak 10,4 juta ekor. Sementara sampai sekarang yang telah divaksin dosis satu dan dua tercatat sebanyak 6,8 juta ekor.
"Target kami di tahun 2023 menyuntikkan 7,3 juta dosis vaksin kepada hewan ternak yang rentan PMK. Untuk mencapai vaksinasi 100 persen, karena keterbatasan sumber daya manusia yang menyuntikkannya, kami targetkan sampai tiga tahun mendatang," ucapnya.
Sembari menjalankan program vaksinasi, khususnya untuk memulihkan performa sapi perah yang masih terdampak PMK agar dapat kembali menghasilkan susu dengan maksimal seperti semula, Pemprov Jatim memberikan stimulus kepada peternak.
Di antaranya, lanjut dia, telah menyalurkan pakan ternak konsentrat sebanyak 25 ribu ton melalui koperasi maupun kelompok tani yang menaungi para peternak sapi perah di tiap kabupaten/kota wilayah Jatim.
"Selain itu mendirikan lumbung pakan ternak sebagai stok bagi peternak agar sapi perah tidak kekurangan makanan, sehingga menjadi sehat dan dapat menghasilkan susu dengan maksimal," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Meski kasus PMK mulai melandai tapi peternak sapi perah masih terdampak secara ekonomi. Salah satunya produksi susunya masih belum maksimal seperti sebelum terjadi kasus PMK. Kemudian berahinya belum normal sehingga susah bunting yang menyebabkan populasinya menurun," kata Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Indyah Aryani saat dikonfirmasi di Surabaya, Kamis.
Sebelum pandemi PMK melanda pada Mei 2022, populasi sapi perah di Jatim terdata sebanyak 305 ribu ekor yang tersebar di berbagai daerah kabupaten/ kota wilayah Jatim. Sekarang tersisa 290 ribu ekor.
Produksi susunya bisa mencapai 13 liter per ekor setiap hari saat sebelum pandemi. Di puncak pandemi, tidak semua sapi perah bisa mengeluarkan susu. Kalaupun ada yang keluar susunya tidak lebih dari lima liter per ekor dalam sehari.
"Karena PMK juga menyebabkan luka pada puting susu sapi sehingga tidak bisa diperah. Mulutnya juga luka sehingga sapi tidak sehat karena jarang makan yang berpengaruh pada produksi susunya," ujar Indyah.
PMK juga menyebabkan luka pada kaki sapi sehingga tidak kuat berdiri karena kondisinya lemah yang mempengaruhi berahinya. Kadis Aryani mengungkapkan, kalaupun ada yang berahi sampai bunting, anak atau pedet yang dilahirkan tidak sehat dan bahkan rentan terjangkit PMK.
Namun seiring digencarkannya vaksinasi PMK kepada hewan ternak yang rentan di Jatim, perlahan performa sapi perah mulai berangsur pulih meski belum 100 persen.
Aryani mengungkapkan sekarang per ekor sapi perah bisa menghasilkan susu sebanyak 9 liter per hari. Juga mulai berahi dan banyak yang bunting.
Menurutnya untuk memulihkan performa sapi perah 100 persen, memang terlebih dahulu harus terbebas dari PMK.
Untuk benar-benar dinyatakan terbebas dari PMK, hewan ternak yang rentan seperti sapi, kerbau, kambing dan babi harus divaksin minimal 90 persen atau bahkan 100 persen dari total populasi.
Populasi hewan ternak rentan tersebut di Jatim terdata sebanyak 10,4 juta ekor. Sementara sampai sekarang yang telah divaksin dosis satu dan dua tercatat sebanyak 6,8 juta ekor.
"Target kami di tahun 2023 menyuntikkan 7,3 juta dosis vaksin kepada hewan ternak yang rentan PMK. Untuk mencapai vaksinasi 100 persen, karena keterbatasan sumber daya manusia yang menyuntikkannya, kami targetkan sampai tiga tahun mendatang," ucapnya.
Sembari menjalankan program vaksinasi, khususnya untuk memulihkan performa sapi perah yang masih terdampak PMK agar dapat kembali menghasilkan susu dengan maksimal seperti semula, Pemprov Jatim memberikan stimulus kepada peternak.
Di antaranya, lanjut dia, telah menyalurkan pakan ternak konsentrat sebanyak 25 ribu ton melalui koperasi maupun kelompok tani yang menaungi para peternak sapi perah di tiap kabupaten/kota wilayah Jatim.
"Selain itu mendirikan lumbung pakan ternak sebagai stok bagi peternak agar sapi perah tidak kekurangan makanan, sehingga menjadi sehat dan dapat menghasilkan susu dengan maksimal," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023