Trenggalek - Pemerintah Kabupaten Trenggalek memutuskan untuk mempercepat proses penyaluran/distribusi beras untuk keluarga miskin (raskin) selama Agustus 2011.
Kabag Humas Pemkab Trenggalek, Yoso Mihardi, Sabtu, mengatakan, percepatan distribusi raskin tersebut dimaksudkan untuk meringankan para petani yang mengalami gagal panen sekaligus untuk menghadapi hari raya idul fitri.
"Kebetulan petani di Trenggalek yang mengalami gagal panen cukup banyak, kemudian harga kebutuhan bahan pokok saat ini juga mulai merangkak naik," katanya.
Menurut Yoso, Perum Bulog Subdrive Tulungagung-Trenggalek sepekan ini telah mulai meyalurkan beras jatah bulan September kepada 57.406 rumah tanggga sasaran (RTS), pada awal Agustus.
"Setiap kepala keluarga akan mendapatkan jatah raskin 15 kilogram dengan harga Rp1600 per kilogram, sehingga setiap keluarga hanya cukup membayar Rp24 ribu," kata Yoso Mihardi.
Dengan jumlah penerima yang mencapai 57.406 RTS, total volume kebutuhan raskin selama satu bulan ditaksir mencapai 861.090 kilogram beras atau sekitar 10.333.080 kilogram/tahun.
Disisi lain, saat ini harga beras ditingkat pengecer di Kabupaten Trenggalek ditengarai mulai mengalami kenaikan.
Beras dengan kwalitas rendah, misalnya, saat ini dijual dengan harga Rp6 ribu/kilogram, beras kwalitas sedang harganya mencapai Rp7 ribu/kilogram, sedangkan beras kwalitas bagus harganya mencapai Rp7.900/kilogram.
"Kalau sekarang meskipun ada kenaikan tapi sudah relatif stabil. Berbeda dengan awal puasa yang lalu, beras kwalitas bagus itu harganya bisa sampai Rp8.200/kilogram," tutur Wartini, salah seorang pedagang di Trenggalek.
Namun, pedagang beras ini mengaku cukup khawatir dengan kondisi harga-harga saat ini, karena berdasarkan pengalaman tahun lalu setiap kali menjelang lebaran harga kebutuhan bahan pokok selalu mengalami kenaikan signifikan.
"Takutnya kalau harganya terlalu tinggi jumlah pembeli itu justru berkurang, kalau sampai itu terjadi maka secara otomatis pendapatan kamipun juga ikut menurun," katanya.
Melihat kondisi semacam itu, Yoso mengatakan pemerintah daerah belum merasa perlu melakukan intervensi melalui program operasi pasar.
Sebab, kata Yoso, stok beras saat ini masih aman sedangkan kenaikan harga yang terjadi dinilai masih dalam batas kewajaran.
"Untuk menentukan perlu apa tidak diadakan operasi pasar ada beberapa perameter yang digunakan, sehingga untuk saat ini kelihatannya masih belum ada rencana ke situ (operasi pasar)," ujarnya. *
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011