Pemerintah Provinsi Jawa Timur menegur manajemen Perusahaan Gula (PG) Modjopanggoong untuk segera memperbaiki sistem IPAL (instalasi pengelolaan air limbah) karena air olahan limbah yang belum steril telah masuk sungai dan meluap sehingga menggenangi pemukiman sekitarnya.
"Kami telah merekomendasikan kepada (pihak) PG Modjopanggoong untuk mengoptimalkan IPAL yang ada. Termasuk memperbaiki IPAL-nya agar tidak mencemari lingkungan," kata Kepala Gudang Sarana dan Prasarana Bakorwil Madiun, Bambang Eko usai meninjau langsung genangan banjir bercampur limbah di Desa Sidorejo, Kecamatan Kauman, Tulungagung, Kamis.
Bambang dan rombongan datang atas instruksi dari Setdaprov Jatim. Ia pertama kali mendatangi PG Modjopanggoong dan melihat sistem sistem pengelolaan limbah di pabrik gula plat merah di bawah naungan PTPN X tersebut.
Setelah menginspeksi pengelolaan limbah PG Modjopanggoong, Bambang bersama tim Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tulungagung meninjau langsung genangan banjir yang telah tercemar limbah industri di pemukiman padat Desa Sidorejo.
Kampung ini adalah satu dari tiga desa di sekitar PG Modjopanggoong yang terdampak banjir cemaran limbah. Genangan air setinggi lutut hingga perut orang dewasa berwarna cokelat keruh dan mengeluarkan bau menyengat.
Suhu air di beberapa titik terasa lebih hangat, diduga karena genangan banjir tercampur dengan air limbah yang dibuang ke Sungai Song yang debit airnya sedang meningkat saat turun hujan.
Akibatnya, air sungai yang tercampur limbah meluber ke pemukiman warga sekitarnya.
Di Desa Sidorejo saja, total ada 60 KK yang terdampak banjir cemaran limbah PG Modjopanggoong. Dengan dua desa lain, yakni Desa Panggungrejo dan Patik.
Namun, sejauh ini belum ada data resmi jumlah KK yang terdampak banjir bercampur cemaran limbah pabrik gula tersebut.
Baik Dinas Lingkungan Hidup, BPBD maupun perangkat kecamatan belum melakukan pendataan yang terukur kendati banyak warga yang mengeluh karena dampak cemaran limbah pada banjir bandang kali ini menimbulkan gatal-gatal atau penyakit kulit.
Bambang Eko menyimpulkan banjir yang menggenang di perkampungan Desa Sidorejo berasal dari IPAL (instalasi pengelolaan limbah) PG Modjopanggong.
Hal ini berbeda dengan keterangan Humas PG Modjopanggong yang mengatakan air banjir bercampur dengan air pendingin ketel, bukan limbah.
"Karena barusan diolah, maka agak hangat dan bau. Karena baru diolah IPAL, maka hangat," kata Bambang.
Bambang pastikan limbah itu seharusnya mengalir ke sungai, namun karena debit yang tinggi dari Kali Song, akhirnya air meluap dan kembali ke pemukiman.
Bambang melanjutkan air banjir yang bercampur limbah pasti menimbulkan dampak pada masyarakat yang terdampak. "Kalau berdampak, ya, berdampak, mungkin gatal-gatal," ujarnya.
Dikonfirmasi terpisah sehari sebelumnya, Humas PG Modjopanggong Tulungagung, Azis Rahman BS mengakui ada luapan limbah.
Namun, ia berkilah bahwa limbah yang menggenangi pemukiman tidak berbahaya dengan dalih sumbernya dari air bekas pendingin ketel.
"Sebenarnya bukan limbah berbahaya dari IPAL, tetapi itu air pendingin. Makanya suhunya hangat,” terang Azis.
Azis berkelit kejadian ini disebabkan oleh alam. Menurutnya, PG Modjopanggong mempunyai saluran pembuangan limbah bernama Sungai Giling yang mengalir ke Kali Song dan Kali Ngrowo.
Namun, akibat cuaca buruk akhir-akhir ini, debit Kali Song meningkat, sehingga pembuangan pabrik tidak bisa masuk ke Kali Song. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Kami telah merekomendasikan kepada (pihak) PG Modjopanggoong untuk mengoptimalkan IPAL yang ada. Termasuk memperbaiki IPAL-nya agar tidak mencemari lingkungan," kata Kepala Gudang Sarana dan Prasarana Bakorwil Madiun, Bambang Eko usai meninjau langsung genangan banjir bercampur limbah di Desa Sidorejo, Kecamatan Kauman, Tulungagung, Kamis.
Bambang dan rombongan datang atas instruksi dari Setdaprov Jatim. Ia pertama kali mendatangi PG Modjopanggoong dan melihat sistem sistem pengelolaan limbah di pabrik gula plat merah di bawah naungan PTPN X tersebut.
Setelah menginspeksi pengelolaan limbah PG Modjopanggoong, Bambang bersama tim Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tulungagung meninjau langsung genangan banjir yang telah tercemar limbah industri di pemukiman padat Desa Sidorejo.
Kampung ini adalah satu dari tiga desa di sekitar PG Modjopanggoong yang terdampak banjir cemaran limbah. Genangan air setinggi lutut hingga perut orang dewasa berwarna cokelat keruh dan mengeluarkan bau menyengat.
Suhu air di beberapa titik terasa lebih hangat, diduga karena genangan banjir tercampur dengan air limbah yang dibuang ke Sungai Song yang debit airnya sedang meningkat saat turun hujan.
Akibatnya, air sungai yang tercampur limbah meluber ke pemukiman warga sekitarnya.
Di Desa Sidorejo saja, total ada 60 KK yang terdampak banjir cemaran limbah PG Modjopanggoong. Dengan dua desa lain, yakni Desa Panggungrejo dan Patik.
Namun, sejauh ini belum ada data resmi jumlah KK yang terdampak banjir bercampur cemaran limbah pabrik gula tersebut.
Baik Dinas Lingkungan Hidup, BPBD maupun perangkat kecamatan belum melakukan pendataan yang terukur kendati banyak warga yang mengeluh karena dampak cemaran limbah pada banjir bandang kali ini menimbulkan gatal-gatal atau penyakit kulit.
Bambang Eko menyimpulkan banjir yang menggenang di perkampungan Desa Sidorejo berasal dari IPAL (instalasi pengelolaan limbah) PG Modjopanggong.
Hal ini berbeda dengan keterangan Humas PG Modjopanggong yang mengatakan air banjir bercampur dengan air pendingin ketel, bukan limbah.
"Karena barusan diolah, maka agak hangat dan bau. Karena baru diolah IPAL, maka hangat," kata Bambang.
Bambang pastikan limbah itu seharusnya mengalir ke sungai, namun karena debit yang tinggi dari Kali Song, akhirnya air meluap dan kembali ke pemukiman.
Bambang melanjutkan air banjir yang bercampur limbah pasti menimbulkan dampak pada masyarakat yang terdampak. "Kalau berdampak, ya, berdampak, mungkin gatal-gatal," ujarnya.
Dikonfirmasi terpisah sehari sebelumnya, Humas PG Modjopanggong Tulungagung, Azis Rahman BS mengakui ada luapan limbah.
Namun, ia berkilah bahwa limbah yang menggenangi pemukiman tidak berbahaya dengan dalih sumbernya dari air bekas pendingin ketel.
"Sebenarnya bukan limbah berbahaya dari IPAL, tetapi itu air pendingin. Makanya suhunya hangat,” terang Azis.
Azis berkelit kejadian ini disebabkan oleh alam. Menurutnya, PG Modjopanggong mempunyai saluran pembuangan limbah bernama Sungai Giling yang mengalir ke Kali Song dan Kali Ngrowo.
Namun, akibat cuaca buruk akhir-akhir ini, debit Kali Song meningkat, sehingga pembuangan pabrik tidak bisa masuk ke Kali Song. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022