Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta para petani yang ada di wilayah tersebut untuk bisa melakukan percepatan masa tanam padi sebelum memasuki musim kemarau.

Khofifah di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis mengatakan bahwa percepatan masa tanam padi perlu dilakukan mengingat saat ini di beberapa daerah masih terdapat hujan yang bisa menjadi sumber air pada sejumlah areal persawahan.

"Tolong ada percepatan masa tanam, karena saat ini masih dapat air dan masih musim hujan kalau telat masa tanamnya akan berdampak pada produksi total padi kita," kata Khofifah usai melakukan panen raya.

Dalam kesempatan itu, Khofifah melakukan panen raya untuk dua jenis padi varietas unggul di lahan pertanian milik Kelompok Tani (Poktan) Morodadi, Dusun Tanjung, Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Ia menambahkan bahwa langkah untuk melakukan monitoring secara langsung masa panen padi itu bertujuan untuk memastikan dampak adanya perubahan iklim dan cuaca ekstrem yang bisa berdampak terhadap produksi padi di Jawa Timur.

"Hari ini saya sengaja turun untuk bisa melakukan monitoring dan memastikan karena perubahan iklim, serta cuaca ekstrem ini berpotensi berdampak pada produksi padi kita," katanya.

Ia menambahkan panen raya di wilayah Kabupaten Malang tersebut menjadi perhatian khusus karena dampak dari perubahan iklim. Produksi padi pada saat kondisi optimal bisa mencapai 14,8-15 ton per hektare, namun saat ini turun menjadi sembilan ton per hektare.

Sementara padi jenis inbrida 32, dikarenakan adanya perubahan iklim dan cuaca buruk, juga berpengaruh terhadap produksi menjadi 6-7 ton per hektare dari sebelumnya 11,9 ton per hektare.

"Saya juga akan melakukan proses monitoring langsung panen bersama seperti ini di banyak titik, karena selain kita harus bisa melakukan prediksi dari seluruh produksi padi agar hasil panen bisa optimal, juga melakukan percepatan masa tanam," jelasnya.

Khofifah mengungkapkan bahwa terdapat hal strategis, yang menjadi perhatian, selain percepatan masa tanam, yaitu adanya potensi alih fungsi lahan dari lahan persawahan menjadi area industri.

Untuk itu, lanjutnya, pemerintah kabupaten/kota harus melindungi peta area yang mendukung ketahanan pangan hingga pada seluruh institusi, mulai tingkat desa, kelurahan, kecamatan, dan semua pihak.

"Kita butuh peta yang lebih detail bagaimana lahan pertanian pangan berkelanjutan (LPPB) bisa terus terjaga. Saya berharap, Kabupaten Malang dan 14 daerah lain bisa menerapkan perda RT/RW agar menjaga area persawahan demi mewujudkan kedaulatan pangan," katanya.

Sebagai informasi, luas area sawah di Poktan Morodadi yang siap panen mencapai 60 hektare dengan rincian, padi Inbrida Varietas Inpari 32 seluas 30 hektare dengan rata-rata produksi 11,9 ton per hektare.

Kemudian padi Inbrida Varietas Ciherang seluas 27 hektare dengan rata-rata produksi 10,2 ton per hektare dan padi Brangbiji yang dikembangkan pada areal seluas tiga hektare dengan rata-rata produksi 7,2 ton per hektare.

Pewarta: Vicki Febrianto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022