Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Hematologi Onkologi Medik Siloam Hospitals Surabaya dr. Een Hendarsih, SpPD-KHOM memberikan edukasi tentang cara mengenali dan mendeteksi leukemia atau kanker darah.
"Leukemia sering kali sulit terdeteksi karena gejalanya menyerupai gejala penyakit lain," kata dr. Een Hendarsih, SpPD-KHOM dalam keterangan tertulis diterima di Surabaya, Kamis.
Menurut dia, leukemia disebabkan tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah putih abnormal. Leukemia dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak.
Untuk itu, lanjut dia, deteksi dini perlu dilakukan agar leukemia dapat cepat ditangani. Adapun data terbaru dari Globocan 2020 bahwa Leukaemia memiliki angka kematian yang hampir sama dengan angka kasus yang terjadi.
Ia menjelaskan, secara klinis Leukemia ini terbagi menjadi dua, yaitu leukemia akut dan leukemia kronik. Untuk Leukemia Akut adalah jenis penyakit yang perjalanannya tergolong cepat, mematikan, dan memburuk.
Adapun gejala yang dialami dapat memicu anemia, mudah merasa lelah, berat badan menurun drastis, mudah mengalami pendarahan, sering mengalami infeksi, kehilangan selera makan, nyeri tulang dan sendi, pembengkakan kelenjar getah bening, dan berkeringat pada malam hari, hal ini terjadi karena pembakaran dalam tubuh yang tinggi.
Sementara pada leukemia kronik adalah jenis penyakit yang perjalanannya tidak cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama. Dengan gejala yang biasa dialami pada umumnya 25 persen tidak bergejala, dan baru diketahui setelah pasien melakukan medical check up (MCU), berat badan juga menurun, terjadi pembesaran limpa.
"Sering ditemui saat pasien datang dengan keluhan merasakan sakit pada bagian perut dan terasa ada yang mengganjal, " ujar dokter lulusan UGM tahun 1993 ini.
Sedangkan deteksi dini pada leukemia, lanjut dia, bisa dilakukan pada fasilitas kesehatan primer seperti Puskesmas yang memiliki laboratorium standar yang bisa memeriksa darah rutin dan ada tenaga analis. Melakukan deteksi atau periksakan diri ke dokter jika muncul gejala, seperti demam berulang dan berkepanjangan atau mimisan.
Adapun gejala leukemia sering kali menyerupai gejala penyakit infeksi lain, misalnya flu. Pemeriksaan perlu dilakukan untuk mendeteksi dini kemungkinan kanker dan mencegah perkembangan penyakit.
"Jika anda seorang perokok aktif dan sulit menghentikan kebiasaan merokok, maka konsultasikan dengan dokter terkait langkah-langkah yang dapat Anda lakukan untuk berhenti merokok. Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko leukemia," katanya.
Pengobatan leukemia membutuhkan waktu yang cukup panjang. Rutin berkonsultasi dengan dokter selama pengobatan, bahkan hingga selesai pengobatan. Hal ini dilakukan agar perkembangan penyakit selalu terpantau oleh dokter.
"Kanker dapat disembuhkan atau mengurangi risiko kematiannya. Hal tersebut dapat terjadi dengan deteksi dini. Dengan deteksi dini, jika seseorang terdiagnosa kanker dan memerlukan pengobatan agresif seperti kemoterapi, maka hal tersebut bisa diberikan dan kesempatan sembuh lebih tinggi," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Leukemia sering kali sulit terdeteksi karena gejalanya menyerupai gejala penyakit lain," kata dr. Een Hendarsih, SpPD-KHOM dalam keterangan tertulis diterima di Surabaya, Kamis.
Menurut dia, leukemia disebabkan tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah putih abnormal. Leukemia dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak.
Untuk itu, lanjut dia, deteksi dini perlu dilakukan agar leukemia dapat cepat ditangani. Adapun data terbaru dari Globocan 2020 bahwa Leukaemia memiliki angka kematian yang hampir sama dengan angka kasus yang terjadi.
Ia menjelaskan, secara klinis Leukemia ini terbagi menjadi dua, yaitu leukemia akut dan leukemia kronik. Untuk Leukemia Akut adalah jenis penyakit yang perjalanannya tergolong cepat, mematikan, dan memburuk.
Adapun gejala yang dialami dapat memicu anemia, mudah merasa lelah, berat badan menurun drastis, mudah mengalami pendarahan, sering mengalami infeksi, kehilangan selera makan, nyeri tulang dan sendi, pembengkakan kelenjar getah bening, dan berkeringat pada malam hari, hal ini terjadi karena pembakaran dalam tubuh yang tinggi.
Sementara pada leukemia kronik adalah jenis penyakit yang perjalanannya tidak cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama. Dengan gejala yang biasa dialami pada umumnya 25 persen tidak bergejala, dan baru diketahui setelah pasien melakukan medical check up (MCU), berat badan juga menurun, terjadi pembesaran limpa.
"Sering ditemui saat pasien datang dengan keluhan merasakan sakit pada bagian perut dan terasa ada yang mengganjal, " ujar dokter lulusan UGM tahun 1993 ini.
Sedangkan deteksi dini pada leukemia, lanjut dia, bisa dilakukan pada fasilitas kesehatan primer seperti Puskesmas yang memiliki laboratorium standar yang bisa memeriksa darah rutin dan ada tenaga analis. Melakukan deteksi atau periksakan diri ke dokter jika muncul gejala, seperti demam berulang dan berkepanjangan atau mimisan.
Adapun gejala leukemia sering kali menyerupai gejala penyakit infeksi lain, misalnya flu. Pemeriksaan perlu dilakukan untuk mendeteksi dini kemungkinan kanker dan mencegah perkembangan penyakit.
"Jika anda seorang perokok aktif dan sulit menghentikan kebiasaan merokok, maka konsultasikan dengan dokter terkait langkah-langkah yang dapat Anda lakukan untuk berhenti merokok. Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko leukemia," katanya.
Pengobatan leukemia membutuhkan waktu yang cukup panjang. Rutin berkonsultasi dengan dokter selama pengobatan, bahkan hingga selesai pengobatan. Hal ini dilakukan agar perkembangan penyakit selalu terpantau oleh dokter.
"Kanker dapat disembuhkan atau mengurangi risiko kematiannya. Hal tersebut dapat terjadi dengan deteksi dini. Dengan deteksi dini, jika seseorang terdiagnosa kanker dan memerlukan pengobatan agresif seperti kemoterapi, maka hal tersebut bisa diberikan dan kesempatan sembuh lebih tinggi," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022