Madiun (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Madiun, Jawa Timur memastikan sistem peringatan dini bencana banjir (early warning system/EWS) berfungsi normal dan bisa diandalkan menghadapi curah hujan tinggi yang berpotensi menyebabkan bencana.
Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Madiun Bambang Agung Hariyadi di Madiun, Senin, mengatakan ada tiga titik rawan banjir yang telah dilengkapi alat EWS di Kota Madiun, yakni Dam Sono di perbatasan Kelurahan Kelun–Tawangrejo, Jembatan Bok Malang di Kelurahan Pilangbango, dan Jembatan Rejomulyo.
"Untuk EWS di Rejomulyo dikelola oleh BPBD Provinsi Jawa Timur, sementara dua lainnya kami kelola langsung," ujar Bambang Agung kepada wartawan.
Pihaknya telah memeriksa tiga unit EWS tersebut. BPBD secara rutin melakukan pemantauan setiap bulan dan perawatan berkala tiap tiga bulan sekali untuk memastikan alat tetap siaga.
"Meski tidak ada banjir, kami tetap melakukan uji coba dan pemeriksaan. Hasil pengecekan, semua alat di Rejomulyo, Pilangbango, dan Kelun–Tawangrejo sudah aktif dan berfungsi normal," katanya.
Ia menjelaskan fungsi alat EWS penting, terutama bagi warga yang tinggal di daerah rawan banjir. Dengan alat itu, informasi peringatan dini bencana bisa diterima lebih cepat sehingga masyarakat dapat melakukan upaya penyelamatan diri.
BPBD akan terus memantau kondisi EWS selama musim hujan.
Pihaknya juga mengimbau masyarakat untuk aktif melapor jika menemukan tanda-tanda kejanggalan atau kerusakan alat tersebut di lapangan.
BPBD juga meminta warga di daerah rawan banjir untuk selalu siaga dan waspada dengan curah hujan tinggi seiring masuk musim hujan hingga masa puncaknya pada Desember 2025 hingga Februari 2026.
"Mitigasi dan pemetaan menjadi kunci untuk meminimalkan risiko bencana. Kami juga rutin melakukan edukasi ke masyarakat agar siap siaga menghadapi potensi cuaca ekstrem yang rawan mengakibatkan bencana hidrometeorologi," kata dia.
