Dinas Pendidikan Jawa Timur menyerahkan fasilitas mobil yang didesain untuk melakukan antarjemput anak berkebutuhan khusus (ABK) kepada lima Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN).
Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi melakukan penyerahan secara simbolis kepada lima SLBN di Surabaya, Senin.
Wahid Wahyudi mengatakan lima SLBN yang menerima mobil antarjemput ABK adalah SLBN Batokan Bojonegoro, SDLB A Negeri Banyuwangi, SLBN Panggungsari Trenggalek, SLBN Gending Probolinggo, dan SLBN Banjarsari Wetan Madiun.
"Pemberian mobil antar kemput ABK ini tak lepas dari perhatian besar Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa kepada ABK, baik dalam peningkatan kualitas pembelajaran SLB maupun pelayanan," katanya.
Wahid mengatakan untuk peningkatan kualitas pembelajaran SLB, pihaknya telah menerapkan program vokasi istimewa di tahun 2020.
"(Lewat vokasi istimewa) SLB-SLB saat ini bekerjasama dengan IDUKA. Undang-undang no 8 tahun 2016 tentang Disabilitas menyatakan bahwa BUMN/BUMD minimal 2 persen dari jumlah karyawan harus mengakomodir ABK. Sedangkan perusahaan swasta, minimal 1 persen mengakomodir ABK, sehingga kita beri pendidikan vokasi istimewa di tingkat SLB," ujarnya.
Wahid melanjutkan, pemberian fasilitas mobil ramah ABK, juga berkaitan dengan peningkatan pelayanan di lingkungan SLB. Mobil tersebut akan dikhususkan bagi ABK yang berasal dari keluarga kurang mampu.
"Hari ini dibantu lima mobil di lima daerah. Diharapkan nanti SLB-SLB bisa menunjukkan kepada masyarakat bahwa pelayanan dan pembelajaran cukup bagus. Tentu nanti SLB juga menunjukkan ke masyarakat bahwa ini loh hasilnya (peningkatan kualitas pendidikan) SLB," ucapnya.
Pembuktian peningkatan pelayanan dan kualitas pendidikan SLB tersebut tak lain didasarkan pada data di tahun 2020 yang menyebut 53,5 persen ABK belum mengenyam pendidikan.
Sehingga dengan program-program yang dicetuskan Dindik Jatim dapat menjadi bukti dan ABK yang belum bersekolah segera disekolahkan di SLB terdekat.
"SLB harus bisa menunjukkan kepada masyarakat bahwa ABK setelah lulus bisa dilihat kiprahnya," katanya.
"Karena ABK ini yang sekolah itu baru 46,5 persen, dari jumlah 43.344 anak atau baru 20.119. Artinya 53,5 persen anak ABK ini belum disekolahkan oleh orang tuanya. Oleh karenanya kita mem-branding SLB di Jatim agar ABK bisa segera disekolahkan," kata Wahid. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021