Bagi Kustianingsih (43) layanan mobile JKN ini sangat memudahkan, karena dirinya tidak perlu membawa Kartu Indonesia Sehat (KIS) saat berobat. Hal itu ia ceritakan saat dirinya berobat ke rumah sakit.
Ningsih, sapaan akrabnya seringkali merasa program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) masih banyak kekurangan apalagi bicara soal administrasi dan lain-lain. Setiap perawatan di rumah sakit, dirinya selalu diminta untuk menyiapkan banyak berkas fotokopi, mulai dari fotokopi KIS, Kartu Tanda Penduduk (KTP), hingga Kartu Keluarga (KK).
“Perlahan saya lihat semua sudah berbeda. Mungkin ini tak lepas dari kerja keras BPJS Kesehatan dalam sosialisasi ke masing-masing rumah sakit sehingga pelayanan yang saya rasakan sekarang jauh lebih nyaman,” ungkapnya.
Ia mengatakan, pernah suatu ketika lupa membawa KIS ke rumah sakit lantaran panik melihat kondisi anaknya yang bergejala parah. Namun, pihak rumah sakit memberi kenyamanan dengan hanya meminta bukti keaktifan kepesertaan JKN-KIS anaknya melalui aplikasi Mobile JKN yang telah terpasang di smartphone miliknya.
“Nyaman sekali, hingga kepulangan anak saya dari rumah sakit tidak ada biaya tambahan yang diminta rumah sakit, kecuali tes Swab Antigen yang memang jadi kewajiban untuk pasien yang mau rawat inap. Ini bukti kalau layanan dari BPJS Kesehatan selalu meningkat,” terangnya.
Ningsih melanjutkan, sakit lambung yang diderita anaknya berawal dari gejala perutnya yang dirasakan melilit. Dikatakan, kejadian ini dirasakan anaknya saat bulan Ramadan kemarin. Meskipun begitu, Ningsih mengaku jika sebenarnya sang anak terhitung jarang sakit, bahkan terakhir kali merasakan sakit yang cenderung parah pada saat menginjak Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Kondisinya kemarin memang sampai pucat dan terlihat lemas. Begitu melihat anak saya seperti itu dan karena kondisi darurat, akhirnya saya bawa dia langsung ke rumah sakit terdekat tanpa ke FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) dulu. Jarak dari rumah ke FKTP memang lebih jauh dibanding perjalanan ke rumah sakit,” pungkas Ibu dengan 2 anak ini.
Setelah dilakukan pemeriksaan, kata dia, dokter menyarankan untuk rawat inap lantaran kondisi sang anak tak kunjung membaik saat melewati masa observasi dokter. Di Rumah Sakit Muslimat Singosari, anaknya menjalani rawat inap selama 3 hari dan diperbolehkan pulang dengan kondisi yang memang sudah membaik.
“Selain cerita anak saya tadi, saya pribadi juga pernah memanfaatkan layanan JKN-KIS untuk operasi tulang pada bagian kaki waktu itu. Operasinya dilakukan di Rumah Sakit Prima Husada Malang tanpa biaya sedikitpun. Di sana, saya menjalani rawat inap 3 hari termasuk jadwal operasinya,” kenangnya.
Ningsih menambahkan, dirinya sempat mengalami kecelakaan yang mengakibatkan muncul masalah pada bagian tulang di kaki. Selama masa pengobatan awal dirinya masih menggunakan biaya sendiri untuk rawat jalan karena saat itu belum ada BPJS Kesehatan.
Setelah sekian tahun menjalani rawat jalan kemudian BPJS Kesehatan hadir dan Ningsih mendapat anjuran dokter untuk memanfaatkan layanan JKN-KIS. Hingga akhirnya dirinya mendapat rujukan ke dokter ortopedi yang ada di Rumah Sakit Prima Husada Malang yang kemudian melanjutkan operasi di sana.
“Sejak saat itu, ketika sakit saya selalu menggunakan layanan JKN-KIS. Untuk seberapa seringnya alhamdulillah saya tergolong jarang sakit dan semoga dalam kondisi pandemi seperti ini terus diberikan kesehatan dan bisa terus beraktivitas dengan normal,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ningsih berharap agar ada solusi untuk membantu masyarakat yang tergolong gagap teknologi (gaptek, red) agar pemanfaatan teknologi digital yang telah dijalankan BPJS Kesehatan bisa dinikmati semua kalangan tanpa menemui kesulitan.
“Hal ini bisa dilakukan dengan menggandeng aparat desa setempat untuk membantu sosialisasi tentang kemudahan aplikasi atau sekedar mengetahui seputar program JKN-KIS. Saya rasa di suatu wilayah masyarakatnya relatif dekat dan segan dengan aparat desanya. Ini akan jadi peluang untuk lebih mendekatkan masyarakat terhadap BPJS Kesehatan. Selain itu, harapan lain semoga organisasi ini terus ada dan programnya bisa terus dinikmati anak cucu kita nanti,” harapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Ningsih, sapaan akrabnya seringkali merasa program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) masih banyak kekurangan apalagi bicara soal administrasi dan lain-lain. Setiap perawatan di rumah sakit, dirinya selalu diminta untuk menyiapkan banyak berkas fotokopi, mulai dari fotokopi KIS, Kartu Tanda Penduduk (KTP), hingga Kartu Keluarga (KK).
“Perlahan saya lihat semua sudah berbeda. Mungkin ini tak lepas dari kerja keras BPJS Kesehatan dalam sosialisasi ke masing-masing rumah sakit sehingga pelayanan yang saya rasakan sekarang jauh lebih nyaman,” ungkapnya.
Ia mengatakan, pernah suatu ketika lupa membawa KIS ke rumah sakit lantaran panik melihat kondisi anaknya yang bergejala parah. Namun, pihak rumah sakit memberi kenyamanan dengan hanya meminta bukti keaktifan kepesertaan JKN-KIS anaknya melalui aplikasi Mobile JKN yang telah terpasang di smartphone miliknya.
“Nyaman sekali, hingga kepulangan anak saya dari rumah sakit tidak ada biaya tambahan yang diminta rumah sakit, kecuali tes Swab Antigen yang memang jadi kewajiban untuk pasien yang mau rawat inap. Ini bukti kalau layanan dari BPJS Kesehatan selalu meningkat,” terangnya.
Ningsih melanjutkan, sakit lambung yang diderita anaknya berawal dari gejala perutnya yang dirasakan melilit. Dikatakan, kejadian ini dirasakan anaknya saat bulan Ramadan kemarin. Meskipun begitu, Ningsih mengaku jika sebenarnya sang anak terhitung jarang sakit, bahkan terakhir kali merasakan sakit yang cenderung parah pada saat menginjak Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Kondisinya kemarin memang sampai pucat dan terlihat lemas. Begitu melihat anak saya seperti itu dan karena kondisi darurat, akhirnya saya bawa dia langsung ke rumah sakit terdekat tanpa ke FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) dulu. Jarak dari rumah ke FKTP memang lebih jauh dibanding perjalanan ke rumah sakit,” pungkas Ibu dengan 2 anak ini.
Setelah dilakukan pemeriksaan, kata dia, dokter menyarankan untuk rawat inap lantaran kondisi sang anak tak kunjung membaik saat melewati masa observasi dokter. Di Rumah Sakit Muslimat Singosari, anaknya menjalani rawat inap selama 3 hari dan diperbolehkan pulang dengan kondisi yang memang sudah membaik.
“Selain cerita anak saya tadi, saya pribadi juga pernah memanfaatkan layanan JKN-KIS untuk operasi tulang pada bagian kaki waktu itu. Operasinya dilakukan di Rumah Sakit Prima Husada Malang tanpa biaya sedikitpun. Di sana, saya menjalani rawat inap 3 hari termasuk jadwal operasinya,” kenangnya.
Ningsih menambahkan, dirinya sempat mengalami kecelakaan yang mengakibatkan muncul masalah pada bagian tulang di kaki. Selama masa pengobatan awal dirinya masih menggunakan biaya sendiri untuk rawat jalan karena saat itu belum ada BPJS Kesehatan.
Setelah sekian tahun menjalani rawat jalan kemudian BPJS Kesehatan hadir dan Ningsih mendapat anjuran dokter untuk memanfaatkan layanan JKN-KIS. Hingga akhirnya dirinya mendapat rujukan ke dokter ortopedi yang ada di Rumah Sakit Prima Husada Malang yang kemudian melanjutkan operasi di sana.
“Sejak saat itu, ketika sakit saya selalu menggunakan layanan JKN-KIS. Untuk seberapa seringnya alhamdulillah saya tergolong jarang sakit dan semoga dalam kondisi pandemi seperti ini terus diberikan kesehatan dan bisa terus beraktivitas dengan normal,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ningsih berharap agar ada solusi untuk membantu masyarakat yang tergolong gagap teknologi (gaptek, red) agar pemanfaatan teknologi digital yang telah dijalankan BPJS Kesehatan bisa dinikmati semua kalangan tanpa menemui kesulitan.
“Hal ini bisa dilakukan dengan menggandeng aparat desa setempat untuk membantu sosialisasi tentang kemudahan aplikasi atau sekedar mengetahui seputar program JKN-KIS. Saya rasa di suatu wilayah masyarakatnya relatif dekat dan segan dengan aparat desanya. Ini akan jadi peluang untuk lebih mendekatkan masyarakat terhadap BPJS Kesehatan. Selain itu, harapan lain semoga organisasi ini terus ada dan programnya bisa terus dinikmati anak cucu kita nanti,” harapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021