Mengidap penyakit kronis sejak 11 tahun silam membuat hidup Marni diselimuti kegelisahan sepanjang hari. Kakek berusia 67 tahun ini memang mengidap penyakit jantung dan paru-paru sejak lama. Banyak gejala yang ia rasakan sebelum rumah sakit sering menjadi tempat rujukan.
"Dulu yang saya ingat awalnya perut terasa sakit. Kadang sering sesak nafas sampai sesekali keluar keringat dingin. Yang paling parah mungkin sampai pingsan. Waktu itu, saya merasakan lelah sampai detak jantung gak teratur," kenang Marni saat di temui disela-sela pengobatannya.
Akibat tak sadarkan diri, Marni segera dilarikan ke rumah sakit terdekat oleh pihak keluarga. Berbekal Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dimiliki, mereka tak lagi khawatir soal biaya. RSUD Tongas-Probolinggo menjadi fasilitas kesehatan pertama yang langsung menangani Marni.
Kondisi yang amat darurat mengharuskan keluarga berpikir cepat untuk memilih fasilitas kesehatan lengkap dan terdekat.
"Bangun-bangun memang di rumah sakit. Keluarga bilang kalau saya dilarikan ke sini karena pingsan. Saya tahu penanganan di RSUD Tongas sangat baik karena kondisi saya sudah terinfus dan beberapa kali dokter menanyakan perkembangan saya," katanya.
Selang beberapa waktu, Marni sempat mengalami penurunan kondisi. Hal ini membuat keluarga bingung lantaran perubahannya yang begitu cepat. Akibat kebutuhan medis, dirinya dirujuk ke RSU Wonolangan, Probolinggo. Sampai di sana dirinya langsung menerima penanganan dari banyak petugas.
"Dulu yang saya ingat awalnya perut terasa sakit. Kadang sering sesak nafas sampai sesekali keluar keringat dingin. Yang paling parah mungkin sampai pingsan. Waktu itu, saya merasakan lelah sampai detak jantung gak teratur," kenang Marni saat di temui disela-sela pengobatannya.
Akibat tak sadarkan diri, Marni segera dilarikan ke rumah sakit terdekat oleh pihak keluarga. Berbekal Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dimiliki, mereka tak lagi khawatir soal biaya. RSUD Tongas-Probolinggo menjadi fasilitas kesehatan pertama yang langsung menangani Marni.
Kondisi yang amat darurat mengharuskan keluarga berpikir cepat untuk memilih fasilitas kesehatan lengkap dan terdekat.
"Bangun-bangun memang di rumah sakit. Keluarga bilang kalau saya dilarikan ke sini karena pingsan. Saya tahu penanganan di RSUD Tongas sangat baik karena kondisi saya sudah terinfus dan beberapa kali dokter menanyakan perkembangan saya," katanya.
Selang beberapa waktu, Marni sempat mengalami penurunan kondisi. Hal ini membuat keluarga bingung lantaran perubahannya yang begitu cepat. Akibat kebutuhan medis, dirinya dirujuk ke RSU Wonolangan, Probolinggo. Sampai di sana dirinya langsung menerima penanganan dari banyak petugas.
"Alhamdulillah, setelah dipindah kondisi saya membaik lagi. Detak jantung saya ikut normal. Saya kurang ingat penanganan seperti apa yang diberikan dokter pada saat itu. Di (RSU) Wonolangan sekitar empat hari dan setelahnya diperbolehkan pulang," ungkap seorang pensiunan guru sejak 2012 ini.
Hingga kini, Marni masih harus rutin melakukan kontrol sebulan sekali dan aktif mengikuti senam Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di RSUD Tongas.
Paskakejadian pingsan pada tahun 2018 tersebut, dirinya tergolong sering melakukan rawat inap di beberapa rumah sakit.
Selain dua rumah sakit yang pernah jadi rujukan pertama kali, Marni sempat menjalani perawatan hingga Rumah Sakit Husada Utama Surabaya. Beruntung semua rujukan tersebut ditanggung penuh oleh BPJS Kesehatan sehingga perawatannya terus berjalan tanpa kendala.
"Semuanya memang gratis tanpa sedikitpun keluar biaya. Kalau harus dihitung mungkin sudah ratusan juta karena perawatan saya juga berkelanjutan sampai sekarang. Alhamdulillah, resepnya ada di BPJS Kesehatan. Saya memang terbantu dari pensiunan guru dulu dan sampai sekarang kartunya selalu aktif," kata kakek asal Lumbang-Probolinggo ini.
Lebih lanjut, Marni mengapresiasi perkembangan BPJS Kesehatan saat ini yang menurutnya selaras dengan kondisi pandemi. Ia berharap program yang sudah tujuh tahun berjalan ini terus memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat.
Ia juga berpesan agar masyarakat sadar memiliki jaminan kesehatan demi kemudahannya mengakses fasilitas kesehatan kapan saja. (*)
Selain dua rumah sakit yang pernah jadi rujukan pertama kali, Marni sempat menjalani perawatan hingga Rumah Sakit Husada Utama Surabaya. Beruntung semua rujukan tersebut ditanggung penuh oleh BPJS Kesehatan sehingga perawatannya terus berjalan tanpa kendala.
"Semuanya memang gratis tanpa sedikitpun keluar biaya. Kalau harus dihitung mungkin sudah ratusan juta karena perawatan saya juga berkelanjutan sampai sekarang. Alhamdulillah, resepnya ada di BPJS Kesehatan. Saya memang terbantu dari pensiunan guru dulu dan sampai sekarang kartunya selalu aktif," kata kakek asal Lumbang-Probolinggo ini.
Lebih lanjut, Marni mengapresiasi perkembangan BPJS Kesehatan saat ini yang menurutnya selaras dengan kondisi pandemi. Ia berharap program yang sudah tujuh tahun berjalan ini terus memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat.
Ia juga berpesan agar masyarakat sadar memiliki jaminan kesehatan demi kemudahannya mengakses fasilitas kesehatan kapan saja. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021